Agustus 07, 2025
Kelelawar (bat) secara umum terbagi ke dalam dua kelompok berbeda: megabat seperti kalong yang seluruhnya memakan buah dan nektar, serta kerabat microbat mereka yang bersifat insektivora atau pemakan serangga. Tapi, apa sebenarnya yang membedakan keduanya? Dan apa kesamaan yang mereka miliki? Dalam artikel ini, kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sekaligus mengungkap mengapa kedua spesies ini penting bagi ekosistem hutan dan apa saja yang dilakukan di area Restorasi Ekosistem Riau (RER) untuk melindungi mereka.
Mega atau Mikro? Kenalan dengan Kalong dan Keluarga Kelelawar
Pertama-tama, mari kita bahas taksonominya. Kalong bukan sekadar kerabat kelelawar, tapi mereka termasuk kelelawar! Semua kelelawar termasuk dalam ordo Chiroptera, yang terbagi menjadi dua subordo utama: Megachiroptera, yang mencakup megabat (seperti kalong); dan Microchiroptera, atau microbat (yang mencakup sebagian besar spesies kelelawar lainnya).
Beberapa klasifikasi terbaru dari keluarga ini juga menyebut dua kelompok baru: Yinpterochiroptera (yang mencakup kalong dan beberapa keluarga microbat), serta Yangochiroptera (yang mencakup sebagian besar microbat lainnya). Namun, agar lebih sederhana, pembagian tradisional antara “mega vs. mikro” masih banyak digunakan, dan itulah pembagian klasifikasi yang akan kita gunakan dalam artikel ini.
Kalong besar (Pteropus vampyrus) termasuk dalam keluarga megabat. Mereka dapat ditemukan di berbagai wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Afrika Timur, serta beberapa pulau samudra di kawasan Hindia dan Pasifik. Mereka biasa bertengger dalam koloni besar di sekitar hutan mangrove, hutan hujan, dan dataran rendah pesisir. Sementara itu, microbat justru lebih adaptif dan tersebar lebih luas. Mereka dapat ditemukan di semua benua di dunia, kecuali Antartika. Habitat bertengger mereka meliputi gua, lubang pohon, tebing, hingga atap bangunan tua yang terbengkalai.
Perbedaan Ukuran dan Kemampuan Sensorik
Sesuai dengan namanya, kalong besar merupakan salah satu spesies kelelawar terbesar di dunia, dengan bentang sayap yang bisa mencapai 1,5 meter dan panjang tubuh 27–32 cm dari ujung hidung hingga ekor. Mamalia udara yang menakjubkan ini memiliki berat sekitar 1,1 kg, menjadikannya salah satu spesies mamalia terbang terbesar di dunia (dan yang terberat di Asia Tenggara).
Penampilan mereka juga memberikan petunjuk tentang kemampuan sensorik dan teknik mereka dalam mencari makan. Banyak spesies kelelawar lainnya yang berevolusi dengan struktur wajah kompleks, hidung berkait, dan lipatan telinga yang rumit untuk keperluan ekolokasi. Beberapa struktur wajah tersebut mungkin tampak menyeramkan di mata manusia. Namun, kalong justru mengandalkan ketajaman penglihatan dan penciuman mereka untuk menemukan makanan. Hal ini membuat penampilan mereka terlihat lebih menggemaskan atau akrab di mata manusia, sekaligus memberi mereka keunggulan dalam perilaku sehari-hari.
Perbedaan Makanan: Kalong Pecinta Buah vs. Kelelawar Lainnya
Kalong termasuk dalam kelompok megabat, yang hanya memakan buah dan nektar. Karena itu, mereka memainkan peran penting dalam ekosistem hutan, baik sebagai penyerbuk maupun penyebar biji melalui kotorannya yang tersebar luas selama mereka terbang. Kalong dapat menempuh jarak beberapa kilometer setiap malam untuk mencari makanan.
Sebaliknya, microbat memiliki makanan yang jauh lebih beragam. Mereka telah diklasifikasikan sebagai insektivora (pemakan serangga), karnivora, sanguinivora (pemakan darah), frugivora (pemakan buah), dan nektarivora. Tidak seperti kalong, microbat menggunakan suara frekuensi tinggi yang kompleks untuk bernavigasi dan berburu serangga dalam gelap. Kemampuan ekolokasi mereka sangat maju, sehingga memungkinkan mereka memburu serangga yang sedang terbang dan menangkap ratusan hingga ribuan ekor dalam satu malam. Keahlian ini menjadikan mereka pengendali hama yang sangat penting dalam ekosistem hutan.
Sama seperti kalong, kotoran microbat juga berperan penting bagi kesehatan hutan. Feses kelelawar, yang dikenal sebagai guano, sangat kaya akan nutrisi yang membantu pertumbuhan tanaman baru di hutan, bahkan dapat menopang seluruh ekosistem di dasar gua tempat mereka bertengger.
RER: Suaka bagi Kelelawar dan Kalong
Kawasan proyek Restorasi Ekosistem Riau (RER) memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa luas. Survei terbaru mencatat sedikitnya 838 spesies flora dan fauna, termasuk 58 spesies serangga dan 78 spesies mamalia, di antaranya adalah 14 spesies kelelawar dan kalong (lihat daftar di bawah). Kalong besar (Pteropus vampyrus) diklasifikasikan sebagai spesies Terancam Punah dalam Daftar Merah IUCN, sehingga perlindungan terhadap mereka menjadi sangat penting. Hutan yang sehat merupakan dasar dari ekosistem yang berfungsi dengan baik, sekaligus penopang rantai makanan yang kompleks. Di RER, keberadaan banyak tumbuhan berbunga dan berbuah mendukung populasi serangga yang melimpah, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi berbagai spesies kelelawar.
Di lokasi seperti Danau Tasik Lakar, kalong sering terlihat bertengger dalam koloni besar atau mulai terbang saat senja untuk mencari makan, sementara spesies kelelawar yang lebih kecil seperti Prok-bruk wajah-kuning (Rhinolophus trifoliatus) kerap tercatat saat kami melakukan survei malam. Kawasan RER menjadi tempat perlindungan penting bagi spesies-spesies tersebut, terutama kalong yang kini berstatus Hampir Terancam (Near Threatened) di Daftar Merah IUCN akibat hilangnya habitat, perburuan, dan konflik dengan manusia, terutama petani. Di RER, mereka bebas mencari makan dan berkembang sebagaimana seharusnya di alam liar.
Mengapa Kalong Penting bagi Hutan
Sebagai penyerbuk dan penyebar biji, kalong memainkan peran ekologis yang penting di ekosistem hutan tropis. Saat mereka mengonsumsi buah dan nektar bunga, mereka membawa serbuk sari dari satu pohon ke pohon lain dan menyebarkan biji dengan cakupan sangat jauh, sering kali beberapa kilometer dari tanaman induknya.
Peran ini menjadikan kalong sebagai agen penting dalam regenerasi hutan, terutama di lanskap yang sedang dalam pemulihan, seperti hutan rawa gambut. Dengan menyebarkan biji ke area yang luas melalui kotorannya dan memindahkan serbuk sari di antara tanaman berbunga, mereka membantu menjaga keanekaragaman tumbuhan, memulihkan area yang rusak, serta menghubungkan petak-petak hutan yang terpencil. “Layanan pengiriman” yang mereka lakukan setiap hari ini sangat penting untuk memastikan ketahanan ekosistem untuk jangka panjang.
Bagaimana RER Melindungi Kalong
Setelah memahami ulasan di atas, perlindungan terhadap kalong menjadi sangat penting dalam upaya konservasi dan pemulihan lanskap. Model konservasi RER menggabungkan pelestarian habitat dengan pemantauan rutin serta mitigasi terhadap berbagai ancaman umum seperti perusakan habitat dan konflik dengan manusia.
RER menerapkan pendekatan terpadu PARM, meliputi Perlindungan, Asesmen, Restorasi, dan Manajemen. Pendekatan PARM memastikan kawasan hutan tetap aman dari gangguan dan kaya akan sumber pakan alami seperti pohon berbunga dan berbuah. Dengan menjaga habitat-habitat ini, RER menyediakan tempat bertengger dan area jelajah yang dibutuhkan kalong untuk berkembang.
RER juga bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa liar serta mencegah perburuan atau gangguan terhadap spesies kunci seperti kalong, yang di beberapa wilayah Asia Tenggara masih diburu untuk dikonsumsi atau terusir akibat alih fungsi lahan.
Kalong bukan sekadar penghuni hutan; mereka adalah pembangun hutan. Penerbangan malam mereka membantu meregenerasi ekosistem yang menjadi rumah bagi begitu banyak spesies lain, menyimpan cadangan karbon, dan menopang kehidupan masyarakat sekitar. Dengan melindungi kalong dan hutan tempat mereka bergantung, RER turut memperkuat ketahanan salah satu ekosistem gambut paling penting di Asia Tenggara.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang upaya restorasi kami yang sedang berjalan, silakan kunjungi situs web kami.