Juni 02, 2023

Produksi-Proteksi: Merayakan Satu Dekade Dampak Positif

Tahun ini, program Restorasi Ekosistem Riau (RER) telah beroperasi selama satu dekade untuk memulihkan dan melestarikan lebih dari 150.000 hektare lahan gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau.

Selama sepuluh tahun terakhir, inisiatif ini telah memberikan solusi berbasis alam di salah satu lanskap lahan gambut terbesar di Indonesia. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana model produksi-proteksi dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan alam dengan tidak hanya mengambil dari alam, tetapi juga merestorasi hutan yang terdegradasi akibat kegiatan eksploitasi di masa lalu. Hal ini melibatkan kombinasi antara perlindungan, restorasi, dan pengelolaan aktif.

“RER merupakan bentuk nyata dari komitmen Grup APRIL terhadap restorasi ekosistem dan perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia, serta upaya pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon.”

– Sihol Aritonang, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)

Artikel ini akan melihat kembali selama lebih dari sepuluh tahun pertumbuhan dan perkembangan inovatif di RER, sekaligus melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Kami akan menyelidiki apa yang membuat model produksi-perlindungan ini efektif, dan melihat bagaimana model ini menjadi dasar kegiatan operasional dan konservasi selama satu dekade terakhir. Mari kita mulai dengan menjawab tiga pertanyaan paling penting tentang pendekatan ini:

model lanskap proteksi-produksi april

1. Apa yang dimaksud dengan model produksi-proteksi?
Model produksi-proteksi mengintegrasikan hutan tanaman industri dan kawasan restorasi hutan alam. Pendekatan ini menjaga hutan tetap aman dari ancaman eksternal, sekaligus menghasilkan dana yang disalurkan kembali untuk konservasi dan pengelolaan area. Selama satu dekade terakhir, model ini telah terbukti menjadi model yang handal dan efektif untuk restorasi lanskap hutan alam di Riau, dan merupakan solusi yang dapat diterapkan untuk upaya konservasi secara nasional.

2. Bagaimana cara kerjanya?
Grup APRIL mengembangkan ‘lingkaran hutan tanaman industri’ untuk melindungi area inti hutan gambut alami dari perambahan dan degradasi. Hutan tanaman akasia tumbuh untuk menggantikan hutan yang paling terdegradasi di pinggiran lanskap Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, menciptakan zona penyangga yang melestarikan inti bagian dalam kubah gambut.

3. Apa manfaat utamanya?
Lingkaran hutan tanaman industri merupakan kunci dari model pengelolaan lanskap APRIL untuk melestarikan hutan dan keanekaragaman hayati di lahan gambut, yang juga mencakup pengelolaan air dan pencegahan/pengendalian kebakaran. Pengelolaan tingkat air tanah meminimalisir penurunan permukaan gambut dan emisi karbon, sekaligus mempertahankan hutan tanaman yang produktif. Manajemen yang aktif dari APRIL di hutan tanaman industri dan hutan restorasi memastikan kemampuan tanggap darurat kebakaran selalu tersedia dan program pencegahan kebakaran menjaga masyarakat sekitar tetap aman dari kebakaran.

“ring concept” (konsep cincin/melingkari) - Melindungi hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Dibutuhkan Kolektivitas yang Tinggi: Bekerja Bersama untuk Memberi Manfaat bagi Masyarakat dan Alam
Hutan tanaman RER memberikan berbagai manfaat lingkungan dan juga sosial. Selama sepuluh tahun terakhir, dampak kumulatif dari pendekatan produksi-proteksi telah menghasilkan penggunaan lahan yang stabil dan lanskap hutan yang pulih dan juga menghasilkan produk hutan bagi masyarakat, meningkatkan mata pencaharian bagi penduduk setempat, dan habitat yang dilindungi bagi keanekaragaman hayati yang unik dan signifikan secara global. Dengan membentuk penghalang terhadap pembalakan liar dan perambahan manusia, lingkaran hutan tanaman akasia menawarkan tempat yang aman bagi beragam satwa liar; dan juga menghasilkan 10 ton emisi CO2e 10 per hektar yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan gambut yang tidak dikelola dan yang terdegradasi.

Pendapatan yang dihasilkan dari pembuatan bubur kertas, kertas, dan viskose dari serat hutan tanaman industri mendukung kegiatan perlindungan dan restorasi hutan, serta menyediakan sumber pendapatan dan mata pencaharian bagi penduduk setempat melalui lapangan kerja dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) secara berkelanjutan. RER bekerja sama dengan lebih dari 15 komunitas untuk meningkatkan mata pencaharian, mencegah degradasi hutan, dan mengatasi ancaman ekosistem seperti perburuan liar, drainase yang tidak terkendali, pembalakan liar, dan praktik-praktik pertanian tebang dan bakar.

RER juga berkolaborasi dengan LSM lokal untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif dan berkelanjutan bagi masyarakat yang tinggal di dekat batas hutan melalui teknik pertanian sayuran “tanpa bakar” yang intensif. Pada tahun 2022, program ini melaksanakan 156 program kesejahteraan masyarakat di 18 desa di sekitar konsesi di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, yang mencakup dukungan untuk infrastruktur, kampanye untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat, olahraga, dan kegiatan keagamaan.

Sebagian dari program ini berfokus pada program perikanan yang juga membantu nelayan setempat untuk mengelola hasil tangkapan mereka secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah melalui pengolahan produk. Pada tahun 2022, nelayan setempat melakukan lebih dari 800 perjalanan di sepanjang sungai Serkap dan Sangar, di mana mereka memanen sekitar 7.300 kg ikan segar yang akhirnya menghasilkan 2.700 kg produk ikan kering untuk dijual di pasar.

Memberdayakan masyarakat melalui keberlanjutan
Melalui kombinasi antara lapangan kerja, penjangkauan sosial, dan dukungan mata pencaharian, RER memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar area konsesi di Riau:

Keterlibatan masyarakat dalam perlindungan, perencanaan dan pengelolaan kawasan merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya restorasi

Satu Dekade Pembangunan: Komitmen APRIL terhadap Restorasi di Riau
Pada tahun 2013, Grup APRIL membentuk program RER untuk melindungi dan merestorasi ekosistem lahan gambut di Sumatera. Terdiri dari lima konsesi yang mencakup lebih dari 150.000 hektar, program ini dibangun berdasarkan tiga pilar utama: keanekaragaman hayati, iklim, dan masyarakat. RER merupakan bukti nyata dari izin selama 60 tahun yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia; sebagai bagian integral dari kemitraan sektor publik-swasta, Grup APRIL terus menyediakan pendanaan, kepemimpinan, sumber daya operasional, dan keahlian teknis untuk program ini.

Sebagai salah satu lanskap lahan gambut terakhir yang tersisa di Indonesia, konsesi RER menyediakan habitat bagi beragam satwa liar yang secara khusus beradaptasi dengan ekosistem lahan basah. Dari 846 spesies flora dan fauna yang ditemukan, 72 di antaranya termasuk dalam Daftar Merah IUCN, dengan 37 di antaranya masuk dalam kategori Rentan (Vulnerable), 22 Terancam (Endangered), dan 13 Kritis (Critically Endangered). Berdasarkan penghitungan terakhir, 118 spesies RER termasuk dalam daftar CITES yang membatasi perdagangan internasional, dan 101 spesies lainnya dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Sebagai hasil dari program pemantauan keanekaragaman hayati RER yang berkelanjutan, jumlah spesies yang diketahui memanfaatkan hutan gambut di Riau secara bertahap meningkat dan terbukti secara umum dalam kondisi stabil dan dapat bertahan hidup.

Pusat Keanekaragaman Hayati: RER dalam angka
Kawasan konsesi RER merupakan rumah bagi 846 spesies flora dan fauna, yang terdiri dari:

Hal ini menjadikan RER sebagai tempat perlindungan yang sangat penting bagi satwa liar di ekosistem lahan gambut Indonesia.

Restorasi Ekosistem Riau (RER) merupakan sebuah program kolaboratif yang diinisiasi Grup APRIL pada tahun 2013 untuk melindungi hutan gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Merintis Upaya Konservasi
Selama satu dekade terakhir, RER telah mengambil langkah maju yang signifikan dalam upaya restorasi dan konservasi di seluruh area konsesinya. Pada awalnya, survei udara dan darat dilakukan untuk menentukan prioritas restorasi, yang meliputi penanaman pohon dan penutupan kanal di lokasi yang paling terdegradasi. Kemudian, regenerasi pohon secara alami ditemukan sebagai pendekatan restorasi yang paling berhasil dan hemat biaya yang kemudian dikombinasikan dengan perlindungan hutan untuk mencegah terjadinya degradasi hutan yang baru.
RER juga mendirikan pembibitan pohon jarak jauh untuk mendukung upaya reboisasi serta secara aktif membangun kembali infrastruktur dan mengelola lanskap untuk melindungi ekosistem lahan gambut yang vital. Berikut ini adalah beberapa pencapaian penting dalam perjalanan konservasi ini:

Saat ini, kurang dari 1% lanskap RER ‘sangat terdegradasi’ akibat kombinasi penebangan intensif, drainase, dan kebakaran di masa lalu. Di lokasi-lokasi inilah upaya penutupan kanal dan penanaman pohon dipusatkan. Yang terpenting, upaya perlindungan hutan dan hubungan dengan masyarakat yang dilakukan oleh program ini telah berhasil mencegah kebakaran hutan dan lahan di wilayah RER di Semenanjung Kampar, yang membuat tidak adanya insiden kebakaran sejak tahun 2014.

Dekade Baru, Peluang Baru untuk Pengembangan
Dalam beberapa bulan ke depan, APRIL akan menerbitkan laporan khusus yang merefleksikan satu dekade kemajuan, dengan ide-ide dan testimoni dari Dewan Penasihat RER, mitra, masyarakat lokal, dan anggota tim lainnya. Laporan yang akan diterbitkan pada bulan Juli 2023 ini akan dibagikan kepada para pemangku kepentingan utama, bersama dengan tanda mata khusus.

Melihat ke masa depan, Grup APRIL tetap berdedikasi untuk berinvestasi di sektor lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan komitmen APRIL2030, di mana APRIL berkomitmen untuk menginvestasikan US$ 1 untuk setiap ton serat tanaman yang dipanen setahunnya, untuk membiayai kegiatan restorasi dan konservasi. Melalui RER, dana ini akan digunakan untuk memberikan dampak positif bagi alam, iklim, dan lingkungan, sembari tetap mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan.

Mulai dari produksi dan perlindungan hingga konservasi, restorasi, dan pengembangan masyarakat, RER terus memberikan dampak positif dan solusi berbasis alam di Riau.

RER Special Report 2023