Maret 31, 2023

Pembibitan RER: Masa Depan Hutan Alam di Riau

Selama satu dekade terakhir, Restorasi Ekosistem Riau (RER) telah melindungi 150.693 hektar hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang di Sumatra. Namun, melindungi saja tidak cukup. RER juga melakukan upaya restorasi dengan menumbuhkan dan merawat pohon anakan alam yang kelak menjadi sumber masa depan hutan Riau di tempat pembibitan.

Apa itu tempat pembibitan?
Tempat pembibitan adalah rumah bagi pohon anakan alam yang ditumbuhkan hingga siap untuk ditanam kembali di hutan. Dengan mengambil bibit dari hutan sekitar, pemeliharaan di tempat pembibitan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup, dan membantu proses regenerasi di area konsesi RER.

Apa tujuan dari pembibitan di RER?
Tujuan utama dari tempat pembibitan RER adalah menjadi lokasi perawatan pohon anakan alam; sebuah tempat yang menyediakan pohon anakan alam untuk digunakan dalam kegiatan restorasi yang lebih luas. Departemen restorasi RER menggunakan bibit-bibit ini dalam kegiatan penanaman yang berlangsung untuk memulihkan lahan yang sebelumnya merupakan hutan terdegradasi.

RER mengoperasikan enam tempat pembibitan di dua wilayah, Semenanjung Kampar dan Pulau Padang

Berapa besar kapasitas pembibitan di RER?
RER saat ini mengelola enam tempat pembibitan pohon anakan alam, yang terdiri dari empat tempat pembibitan di Semenanjung Kampar dan dua tempat pembibitan di Pulau Padang. Tempat pembibitan terbesar berada di Semenanjung Kampar; dengan luas 175m2, pembibitan ini dapat menampung hingga 25.000 bibit. Di tahun 2022 lalu, keenam tempat pembibitan RER menghasilkan dan merawat lebih dari 28.960 bibit.

Spesies pohon apa saja yang dipelihara ditempat pembibitan RER?
Lebih dari 60 spesies pohon anakan alam dirawat dan dipelihara di enam tempat pembibitan RER, beberapa di antaranya terancam punah dan masuk dalam daftar merah IUCN:

Pada tahun 2022, RER fokus menggunakan lima spesies pohon dalam kegiatan restorasinya, di antaranya Kayu Ara (Ficus sp), Meranti Lilin/Meranti Bunga (Shorea teysmanniana), Kelat (Syzygium sp), Meranti Paya (Shorea platycarpa), dan Nasi-nasi (Sterculia zeylanicum).

Bagaimana proses memilih bibit?
Pohon anakan alam di tempat pembibitan berasal dari hutan rawa gambut setempat, baik melalui anakan alam yang dicabut dari lantai hutan, benih/biji yang jatuh dari pohon, dan hasil stek tanaman yang diambil secara selektif dan hati-hati dari pohon dewasa. Dengan begitu, upaya pembibitan RER dapat membantu spesies pohon yang terancam punah dapat bertahan dan berkembang di hutan rawa gambut Sumatra.

Apa saja upaya restorasi hutan RER?
Restorasi (pemulihan) hutan dapat melalui regenerasi alami dan regenerasi aktif. Masing-masing upaya regenerasi tersebut memerlukan jangka waktu yang berbeda. Mari kita lihat lebih dekat masing-masing upaya pemulihan ini:

  1. Regenerasi alami – Secara umum, ekosistem tropis dapat memulihkan dirinya sendiri dengan cepat tanpa campur tangan manusia. Namun, agar proses ini dapat berjalan, kita harus memastikan tidak ada gangguan atau kerusakan baru, seperti pembalakan liar, pembukaan lahan, atau kebakaran. RER memiliki tutupan hutan yang padat (sekitar 99%), sehingga regenerasi alami adalah tindakan terbaik di sebagian besar area yang perlu direstorasi.
  2. Regenerasi aktif – Pendekatan ini memerlukan adanya penanaman pohon anakan alam yang telah dibesarkan di tempat pembibitan untuk mempercepat proses pemulihan. Cara ini kerap memakan biaya yang tidak sedikit, tetapi terbukti memberikan hasil yang positif. Regenerasi aktif digunakan ketika terjadi gangguan pada hutan yang disebabkan oleh manusia, atau ketika regenerasi alami membutuhkan bantuan ekstra.

Bagaimana RER memutuskan pendekatan mana yang dibutuhkan?
RER menggunakan kombinasi dari kedua teknik regenerasi tersebut untuk mencapai keanekaragaman hayati yang lebih kaya di bentang alam yang dikelolanya. RER juga menerapkan pendekatan pengelolaan yang adaptif, di mana faktor lingkungan dan manusia dinilai setiap tahun, sebelum kegiatan pengelolaan dilakukan.

RER melakukan pengecekan kelangsungan hidup setelah enam bulan penanaman bibit

Apa tujuan restorasi (pemulihan) hutan RER?
Dalam upaya regenerasi aktif yang saat ini sedang berjalan, RER bertujuan untuk mencapai 400 pohon per hektar dengan jarak tanam 5×5 meter. Untuk mencapai target ini, RER melakukan pengecekan kelangsungan hidup bibit anakan alam setelah enam bulan penanaman. Setiap bibit yang mati diganti dengan bibit anakan alam baru dari tempat pembibitan. Hal ini berguna untuk memastikan proses regenerasi aktif bekerja secara maksimal.

Apa tantangan utama pembibitan tanaman di RER?
Ada sejumlah tantangan dalam mengelola pembibitan dan menanam pohon anakan alam di hutan – beberapa di antaranya dapat diatasi, sementara yang lainnya merupakan faktor alam. Berikut ini adalah tiga tantangan utama yang dihadapi:

Terlepas dari semua tantangan ini, RER terus berupaya untuk mengelola tempat pembibitan demi memberikan bantuan kepada alam. Meskipun prosesnya tidak mudah, hal ini memberikan kepuasan tersendiri ketika tim kami berhasil menemukan bibit yang kami cari, dan kemudian merawat dan melindunginya hingga mereka tumbuh dan ditanam kembali di alam liar. Hal ini menjadi alasan mengapa pembibitan tanaman RER menjadi bagian penting dalam proses regenerasi alam di Riau.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang upaya restorasi hutan kami di Riau, kunjungi situs web RER.

RER Special Report 2023