April 10, 2022

Mengenal 13 Rangkong di Indonesia

Rangkong (Bucerotidae) merupakan famili burung yang berasal dari Afrika, Asia dan Melanesia. Dalam Bahasa inggris Rangkong lebih dikenal dengan nama hornbill yang diambil dari bentuk paruh mereka yang besar dan melengkung.

Secara keseluruhan, terdapat 62 spesies rangkong yang berhabitat di berbagai jenis tempat, termasuk sabana, hutan hujan, dan bahkan dataran tinggi berbatu. Hampir semua rangkong menghabiskan waktu di atas pohon, namun beberapa dari mereka terkadang juga bersarang di tebing berbatu.

13 spesies rangkong di Indonesia
Terdapat 13 spesies rangkong yang asli berasal dari Indonesia. Sumatra memiliki jumlah spesies rangkong terbanyak dengan sembilan spesies yang diketahui hidup di hutan-hutan yang tersebar di sepanjang pulau, diikuti dengan Kalimantan yang memiliki delapan spesies dan Jawa dengan tiga spesies. Sementara itu, tiga jenis rangkong lainnya diketahui sebagai spesies endemic di wilayah Wallacea dan Papua di Indonesia.

Helmeted Hornbill

Rangkong Gading

Rangkong gading (Rhinoplax vigil)
Satu-satunya spesies rangkong yang dihiasi dengan balung (casque) yang terbuat dari keratin padat. Sayangnya hal tersebut juga membuatnya menjadi spesies rangkong paling terancam di Indonesia. Pada akhir tahun 2015, IUCN menggeser status konservasi spesies ini dari Mendekati Terancam menjadi Terancam Kritis, hanya satu kategori sebelum punah di alam.

Kangkareng sulawesi (Rhyticeros cassidix)
Memiliki nama lain Sulawesi Hornbill, spesies ini merupakan salah satu dari tiga spesies endemik di pulau Sulawesi. Kangkareng Sulawesi juga memiliki ukuran tubuh paling besar dibandingkan kedua spesies endemik lainnya. Status konservasinya diklasifikasikan sebagai Rentan oleh IUCN.

Julang sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus)
Spesies rangkong lain yang endemik di Indonesia, berukuran paling kecil di antara jenis-jenis rangkong lainnya. Spesies ini berstatus konservasi Rentan menurut IUCN.

Julang sumba (Rhyticeros everetti)
Spesies rangkong endemik yang hanya terdapat di Pulau Sumba. Spesies ini merupakan burung besar yang biasa hidup di kanopi hutan. Menurut IUCN, status konservasinya masuk dalam kategori Rentan.

Rhinoceros Hornbill

Rangkong badak

Rangkong badak (Buceros rhinoceros)
Rangkong dengan ukuran badan yang cukup besar dan biasanya berburu makanan berpasang-pasangan. Ketika berburu, mereka akan terpisah dengan jarak yang hanya sekitar 300-meter dan saling berkomunikasi dengan berbagai jenis bunyi-bunyian. Status konservasi rangkong ini terstatus Rentan oleh IUCN.

Enggang jambul (Berenicornis comatus)
Satu-satunya spesies rangkong yang memiliki jambul bak mahkota. Di hutan, mereka biasa hidup dalam kelompok kecil berisi tiga hingga delapan burung, atau bahkan kelompok besar yang dapat mencapai 20 burung. IUCN mengklasifikasikan Enggal jambul dengan status konservasi Terancam Berbahaya.

Julang emas (Rhyticerus undulatus)
Satu hal yang disenangi jenis rangkong ini adalah menjelajah dan dibutuhkan hutan yang sehat baginya berjelajah. Status konservasi Julang emas menurut IUCN adalah Rentan.

Great Hornbill

Rangkong papan

Rangkong papan (Buceros bicornis)
Rangkong berukuran besar berasal dari Sumatra yang lebih senang menyendiri di wilayah teritorialnya. Status konservasi Rangkong papan terklasifikasi Rentan oleh IUCN.

Kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus)
Jenis rangkong ini terkenal sebagai spesies sosial yang setia pada pasangannya. Kangkareng hitam berstatus konservasi Rentan menurut IUCN.

Julang jambul hitam (Rhabdotorrhinus corrugatus)
Burung aktif yang selalu bergerak. Sering ditemukan di hutan rawa dataran rendah, kurang dari 300-meter di atas permukaan laut. Julang jambul hitam berstatus konservasi Terancam Berbahaya menurut IUCN.

Enggang klihingan (Anorrhinus galeritus)
IUCN mengklasifikasikan spesies ini dalam status konservasi Terancam Berbahaya. Burung ini biasanya lebih memilih lubang alami di pohon untuk digunakan sebagai sarang Julang jambul hitam mengeluarkan bunyi yang lebih lantang dengan suara yang lebih keras dibanding spesies rangkong lainnya.

Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris)
Jenis rangkong ini terdapat pada wilayah yang cukup luas, mencakup India, Bhutan, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Cina, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia. Enggang klihingan memiliki bulu mata panjang, yang sebenarnya merupakan bulu di daerah mata yang berfungsi melindungi mata mereka dari matahari.

Oriental pied hornbill

Kangkareng perut putih

Masing-masing dari 13 spesies rangkong di atas dilindungi oleh Undang-undang di Indonesia, dan delapan dari sembilan rangkong di Sumatra teridentifikasi di Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar, Sumatra.

Karakteristik umum
Rangkong memiliki tubuh yang relatif besar, meskipun masing-masing spesies memiliki standar ukuran tubuh yang berbeda-beda. Spesies terkecil adalah rangkong kerdil hitam (Tockus hartlaubi) yang memiliki berat sekitar 99,1 gram dan berukuran panjang 32 cm.
Spesies terbesar, rangkong tanah selatan (Bucorvus cafer) memiliki berat rata-rata antara 3,77 hingga 6,3 kg dengan lebar sayap sekitar 180 cm. Rangkong jantan selalu lebih besar dari betina.

Tubuh mereka tertutup bulu berbagai warna: putih, abu-abu, hitam, atau bahkan kuning dan merah di kepala, leher, atau di sekitar mata. Enggang juga dapat dikenali dari suara panggilan dan kepakan sayapnya yang berbeda-beda.

Tidak diragukan lagi, rangkong mudah dikenali dari paruhnya yang mencolok, yang terkadang dihiasi dengan adanya balung. Balung bervariasi dalam ukuran dan warna, dan memiliki beragam fungsi, mulai dari mencuri perhatian lawan jenis selama sesi kawin hingga membantu agar suara yang mereka hasilkan lebih beresonansi dan membuat panggilan teritorialnya lebih terdengar. Balung juga menolong rangkong ketika menggunakan paruhnya untuk mengupas kulit pohon atau menggali tanah untuk serangga.

Sayangnya, spesies rangkong dengan balung terancam oleh pemburu liar. Casque lebih lembut dari gading dan mudah diukir menjadi perhiasan atau barang dekoratif lainnya.

Rangkong dapat membawa paruh yang luar biasa besar karena mereka adalah satu-satunya burung yang tulang lehernya menyatu, ditopang juga dengan otot lehernya yang kuat.

Pola makan dan perilaku
Rangkong lebih banyak memakan buah, tetapi ketika kondisi tidak memungkinkan untuk mendapatkan buah dalam jumlah banyak, mereka juga akan memakan serangga, kepiting, reptil, burung kecil atau mamalia kecil.

Sebelum menelan makanannya, rangkong akan menghancurkan, dan melunakkan makanannya terlebih dahulu.

Di alam liar, rangkong bergantung sepenuhnya pada kondisi hutan. Spesies rangkong Asia senang bersarang di batang pohon yang patah, lubang pohon yang terbentuk secara alami, atau sarang yang ditinggalkan. Selama inkubasi, jantan akan menyegel betina dalam sarang tertutup yang dibangun menggunakan kotorannya sendiri yang dicampur dengan tanah atau makanan yang dimuntahkan, menyisakan celah kecil sebagai pintu untuk mengantarkan makanan.

Terlindungi dari pemangsa, betina umumnya akan mengeluarkan dua telur, yang akan dierami selama sekitar 42 hari.

Seminggu sebelum bayi rangkong siap terbang dan menjelajah wilayahnya dengan mandiri, rangkong betina akan merobohkan pintu dan meninggalkan sarang tersebut untuk membantu jantan mencari makan. Anak rangkong akan membangun kembali dinding pelindung dan akan tinggal sendirian di dalam, sementara kedua orang tua mencari makanan. Anak rangkong akan tumbuh dewasa setelah 80 hari.

Peran budaya dan lingkungan
Sudah sangat jelas bahwa rangkong berperan penting dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan; mereka memiliki daya jelajah mencapai 100 km2, membuat rangkong sangat ideal untuk menyebarkan benih dari buah dan beri yang dicerna secara efektif.

Tidak hanya itu, mereka juga sangat dihormati dalam budaya Indonesia, terutama oleh suku Dayak, penduduk asli pulau Kalimantan di Indonesia.

Anggota suku Dayak menggunakan simbol yang terinspirasi dari hampir setiap bagian tubuh rangkong dan menggunakannya dalam upacara budaya atau sebagai dekorasi rumah. Orang Dayak percaya bahwa rangkong melambangkan kesucian dan kekuatan, mereka bahkan percaya bahwa rangkong adalah penjaga kehidupan.

Mereka juga memiliki hukum adat yang dibangun berlandaskan mitos bahwa burung rangkong adalah pahlawan atau dewa mereka. Misalnya, ada kepercayaan bahwa jika Anda mendengar suara rangkong badak ketika ada konflik suku, Anda harus mengikutinya dan kepercayaannya adalah bahwa rangkong akan membawa ke tempat yang aman.

Beberapa provinsi di Indonesia bahkan menjadikan burung rangkong sebagai simbol kebanggaan provinsi. Enggang gading adalah maskot Kalimantan Barat sedangkan Sulawesi Selatan mengadopsi Kangkareng Sulawesi sebagai maskot.

RER Special Report 2023