Juli 28, 2023

Hari Konservasi Alam Sedunia: Peran RER dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia

Peringatan Hari Konservasi Alam Sedunia yang jatuh setiap 28 Juli merupakan momentum untuk menghargai alam dan mengevaluasi sejauh mana upaya kita dalam melindunginya. Prinsipnya, ini adalah hari untuk merefleksikan sebuah fakta bahwa pondasi dari masyarakat yang sehat adalah lingkungan yang sehat.

Tekanan terhadap alam semakin meningkat. Dengan meningkatnya suhu bumi secara global, sumber daya semakin berkurang dan berbagai spesies terdorong menuju ambang kepunahan. Lalu, apa yang dilakukan untuk mengatasi ancaman ini? Bagaimana para individu dapat berperan serta? Dan seperti apa gambaran konservasi di Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita lihat lebih dekat tentang Hari Konservasi Alam Sedunia.

Mengapa ada Hari Konservasi Alam?

Pertumbuhan populasi manusia yang semakin bertambah akan berdampak pada kenaikan kebutuhan dasar seperti air, tempat tinggal, makanan, mineral, dan bahan bakar. Demi menjaga keberadaan planet bumi di masa depan dan mendukung kemampuannya untuk menyediakan kebutuhan kita, konservasi alam bukan hanya sekadar upaya cerdas tetapi juga hal yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup kita.

Darimana asal-muasalnya?

Acara ini pertama kali diselenggarakan oleh Environmental Information System (ENVIS) Center di New Delhi, India. Dalam waktu singkat, ENVIS mendapatkan dukungan dari Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan di India dan acara ini kemudian mempengaruhi dunia secara luas. Kini, kegiatannya menjadi fenomena global.

Bagaimana satu hari dapat membuat perbedaan?

Itu pertanyaan yang bagus. Semuanya tentang membuat perubahan kecil dalam gaya hidup kita. Jika cukup banyak orang melakukan perbaikan kecil pada gaya hidup mereka, dampak kumulatif dari tindakan-tindakan ini bisa menghasilkan perubahan besar. Hari Konservasi Alam Sedunia adalah waktu untuk meningkatkan kesadaran dan berbagi solusi dimana komunitas global dapat bersatu dan memiliki komitmen yang sama untuk menjalani hidup yang lebih berkelanjutan.

SETIAP PERJALANAN KONSERVASI HARUS DIMULAI DARI SUATU TEMPAT, SETIAP LANGKAH KECIL MEMBAWA DAMPAK.

Apa yang bisa kita lakukan?

Ada banyak langkah yang bisa Anda ambil – baik hal besar maupun kecil – untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan upaya konservasi. Situs web Hari Konservasi Alam Sedunia menawarkan delapan aktivitas khusus yang dapat dilakukan untuk membuat perbedaan:

  1. Menanam pohon untuk mengurangi erosi tanah
  2. Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang untuk mengelola sampah
  3. Berkendara bersama rekan kerja untuk mengurangi polusi
  4. Mengurangi pemakaian lampu listrik untuk menghemat energi
  5. Menjadi relawan untuk gotong-royong kebersihan lingkungan
  6. Menggunakan bahan pembersih non-toksik
  7. Membuat kompos sendiri

Dalam hal konservasi, setiap langkah kecil membawa dampak. Pada tanggal 28 Juli, organisasi di seluruh dunia akan mengadakan seminar, lokakarya, dan program sukarelawan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan membangun aktivitas baru pada tingkat masyarakat. Untuk mengetahui kegiatan di daerah Anda dan untuk memahami lebih lanjut tentang hari tersebut, ikuti hashtag #WorldConservationDay. Setiap perjalanan konservasi harus dimulai dari suatu tempat. Bersediakah Anda memulai langkah pertama pada tanggal 28 Juli ini?

RER dalam Hari Konservasi Alam Sedunia

Didukung oleh APRIL Group, Restorasi Ekosistem Riau (RER) berperan dalam melestarikan dan melindungi lebih dari 150.000 hektar hutan rawa gambut. Kawasan ini menjadi rumah bagi 846 spesies tumbuhan dan hewan yang tercatat di RER, termasuk 78 spesies mamalia, tujuh spesies primata, 317 spesies burung, 106 spesies herpetofauna, 198 spesies tumbuhan, 89 spesies ikan, dan 59 spesies odonata. RER secara rutin melakukan pemantauan satwa liar sekaligus menganalisa lanskap melalui studi dan survei hewan.

Ketika RER pertama kali dimulai pada tahun 2013, lanskapnya telah mengalami degradasi parah akibat pembalakan liar selama beberapa dekade. Saluran-saluran telah digali untuk memindahkan kayu dari hutan. Hal ini menyebabkan degradasi lahan gambut dan membuat hutan rentan terhadap kebakaran akibat tanah kering. Oleh karena itu, sejak tahun 2015, RER telah menutup saluran drainase lama demi menjaga kelembaban gambut dalam fluktuasi musiman normal. Hingga sekarang, tim RER telah mengidentifikasi 39 sistem saluran yang membentang sepanjang 211 km di wilayah restorasi konsesi RER. Tujuannya, untuk mengembalikan kontrol air pada interval elevasi 40 cm di sepanjang saluran tersebut pada tahun 2025. Selama lima tahun terakhir, RER telah mencapai 74% dari target untuk membangun 89 bendungan dan menutup 32 sistem saluran dengan total panjang 180,7 kilometer dan area terdampak seluas 14.522,9 hektar di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

RER juga memulihkan area yang terdegradasi melalui penanaman kembali atau regenerasi alami dengan menggunakan bibit pohon asli dari hutan. Terdapat lebih dari 60 spesies pohon pada enam persemaian RER di Pulau Padang dan Semenanjung Kampar yang dapat memproses hampir 30.000 bibit setiap tahunnya.

MODEL LANSKAP PRODUKSI - PROTEKSI APRIL

RER menerapkan pendekatan lanskap produksi-proteksi terpadu berdasarkan pada perkebunan penghasil serat produktif yang berfungsi untuk melindungi hutan rawa gambut dan kubah gambut bagian dalam. Perkebunan Acacia yang produktif ini menciptakan zona penyangga guna mengurangi pelanggaran batas, pembalakan liar, dan kebakaran.

Dengan berfokus pada iklim, masyarakat, dan keanekaragaman hayati, RER merupakan contoh aksi nyata dari solusi berbasis alam. Melalui pendekatan ini, RER mendukung agenda konservasi Pemerintah Indonesia dan membantu memberikan dampak yang berkelanjutan bagi manusia dan alam.

Kawasan konsesi memiliki manfaat dalam upaya pelestarian spesies yang terancam punah, penyediaan layanan ekosistem, mata pencaharian yang berkelanjutan dari sumber daya alam, dan nilai budaya bagi masyarakat setempat.

Pada peringatan Hari Konservasi Alam Sedunia tanggal 28 Juli ini, mari kita luangkan waktu sejenak untuk mengenali kawasan konservasi Indonesia sebagai tempat keanekaragaman hayati, penggerak pembangunan berkelanjutan, dan dasar dari masyarakat yang sehat.

RER Special Report 2023