Januari 30, 2019

Hidupan Liar RER: Beruang Madu

Mari kita berkenalan dengan Beruang Madu (Helarctos malayanus), satwa mamalia yang masuk dalam famili Ursidae. Beruang ini merupakan satwa asli Bangladesh, Brunei, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, serta Sumatra dan Kalimantan di Indonesia, tempat satwa ini tinggal di hutan tropis yang hijau sepanjang tahun.

Karena kegemarannya makan madu dan sarang lebah, beruang ini dinamai ‘Beruang Madu’

Beruang Madu merupakan salah satu dari 73 spesies mamalia yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar.

BERUANG MADU adalah SALAH SATU DARI RATUSAN SPESIES YANG HIDUP DI KAWASAN RESTORASI EKOSISTEM RIAU. SATWA MENAWAN INI TAMPAK PENASARAN DENGAN KAMERA JEBAK KAMI

Beruang Madu oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) digolongkan sebagai satwa dengan status konservasi  Rentan (VU) dan merupakan salah satu dari 17 spesies mamalia teridentifikasi di RER yang terancam punah di tingkat global.

Beruang Madu merupakan spesies beruang yang paling kecil, dengan beruang dewasa umumnya berukuran panjang 120 s.d. 150 cm dan dengan bobot 27 s.d. 80 kg. Ukuran beruang jantan biasanya 10 s.d. 20 persen lebih besar dibandingkan beruang betina.

Bulu Beruang Madu biasanya hitam gelap, pendek dan licin, dengan celoret bulu berbentuk bulan sabit di area dada yang berwarna kuning kecoklatan hingga putih kotor. Moncong beruang ini pendek dan berwarna terang, dan kebanyakan bulu berwarna terang ini menjangkau hingga ke atas area mata.

Tapak beruang ini berukuran besar dan berat, sedangkan cakarnya berukuran besar, bengkok, dan dengan ujung yang lancip – fitur yang ideal bagi satwa yang sering memanjat pohon. Beruang Madu tidur di sarangnya yang dibangun di atas pohon. Sarang tersebut terbuat dari kumpulan cabang pohon, serupa dengan sarang Orangutan atau Bajing Pohon.

Selain madu, Beruang Madu yang merupakan satwa omnivora juga memakan lebah dan sarang lebah, rayap, semut, kumbang, dan buah-buahan, terutama buah ara. Beruang Madu memiliki lidah yang sangat panjang, mencapai 20 s.d. 25 cm, yang dapat dijulurkan saat makan untuk mengambil madu dan serangga.

BERUANG MADU adalah SPESIES BERUANG YANG terKECIL, DENGAN BERUANG DEWASA BERUKURAN PANJANG 120 S.D. 150 CM DAN BOBOT 27 S.D. 80 KG. UKURAN BERUANG JANTAN BIASANYA 10 S/D 20 PERSEN LEBIH BESAR dari BERUANG BETINA

Beruang Madu diketahui menggunakan cakar dan giginya yang tajam untuk menyeruak pohon ketika mencari lebah liar, dan meninggalkan batang pohon dalam kondisi koyak. Beruang Madu juga diketahui mengonsumsi bangkai (daging satwa yang membusuk) dari hasil buruan satwa karnivora lainnya.

RER menjadi tempat bagi populasi Beruang Madu yang baik dan sehat, yang dibuktikan dari berbagai gambar dan rekaman video beruang betina yang menjelajahi area tersebut dengan anak-anak beruang dari berbagai usia. Bagi tim RER yang sedang menjelajahi hutan, menemukan pohon dengan bekas-bekas cakaran Beruang Madu bukanlah hal yang aneh.

Karena kawasan tropis membuat makanan tersedia sepanjang tahun, beruang madu berbeda dari spesies beruang lainnya karena mereka tidak perlu berhibernasi.

Beruang Madu betina siap kawin pada usia sekitar tiga tahun, dengan usia kehamilan mencapai 95 s.d. 174 hari. Beruang Madu umumnya melahirkan satu atau dua anak beruang yang masing-masing beratnya kurang dari 350 gram.

Kebanyakan habitat Beruang Madu telah hancur dalam beberapa puluh tahun ini akibat deforestasi meluas untuk pengembangan perkebunan dan penebangan.

Namun demikian, ancaman terbesar bagi Beruang Madu ialah manusia, karena satwa ini menjadi andalan perdagangan ilegal satwa liar, khususnya di Asia Tenggara, untuk diambil empedu dan kantung empedunya yang digunakan sebagai bahan obat tradisional.

Alhasil, Beruang Madu dimasukkan daftar Appendix I CITES (Convention on the International Trade of Endangered Species) sejak tahun 1979. Spesies CITES I tersebut adalah spesies yang terancam punah. Di Indonesia, Beruang Madu merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang.

Dengan adanya manusia yang mengancam kelangsungan hidup spesies ini, ahli biologi satwa liar Wong Siew Te mendirikan Bornean Sun Bear Conservation Centre (Pusat Konservasi Beruang Madu Borneo) di Sandakan, Sabah di Malaysia pada tahun 2008, dengan misi tunggal melakukan konservasi dan rehabilitasi beruang madu.

RER 2023 Progress Report