November 06, 2025
Melisa Angelina Manurung menemukan peran yang memberinya tujuan lebih dalam sebagai Analis GIS (Geographic Information System) di Restorasi Ekosistem Riau (RER). Sebagai lulusan tahun 2021 dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Melisa awalnya tidak memiliki latar belakang di bidang konservasi atau kehutanan. Namun, keahliannya dalam bidang GIS kini menjadi kunci dalam melindungi dan memulihkan ekosistem gambut penting yang dikelola RER.
Dari Perencanaan Kota ke Hutan Gambut
Dua tahun pengalaman di Kementerian Agraria dan Tata Ruang sebagai Petugas Pengelola Data Spasial menjadi fondasi yang kuat bagi keahlian Melisa. Meski fokus studinya adalah perencanaan kota, Melisa banyak belajar tentang pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan lingkungan.
“Saya memang tidak langsung berasal dari bidang konservasi atau kehutanan, tapi pengalaman saya di Laboratorium Geomatika sangat membantu meningkatkan kemampuan pemetaan dan GIS,” jelas Melisa.
Melisa bergabung dengan RER pada November 2024. Bekerja di bidang konservasi menambah dimensi baru dalam profesinya. “Bekerja di bidang konservasi memberikan makna yang lebih dalam bagi pekerjaan saya di bidang GIS. Sekarang bukan lagi hanya tentang perencanaan kota, tetapi tentang membantu memulihkan dan melindungi ekosistem alami,” katanya.

Momen yang Meneguhkan Komitmen
Melisa mengenang satu momen dari perjalanan lapangan pertamanya yang menguatkan semangatnya terhadap konservasi.
“Saya tidak akan pernah lupa saat pertama kali masuk ke hutan RER. Pagi-pagi sekali, saya bisa mendengar begitu banyak suara; burung, owa, dan kehidupan hutan lainnya di sekitar saya. Hutannya terasa sangat hidup dan penuh energi,” kenangnya.
Ia juga memperhatikan bahwa ikan-ikan sungai di sana jauh lebih besar dibandingkan yang biasa ia lihat, yang merupakan tanda nyata bahwa perlindungan yang diterapkan RER berhasil menjaga keseimbangan ekosistem. Momen itu membuatnya sadar betapa pentingnya menjaga apa yang ada, dan semakin memperkuat dedikasinya untuk mendukung pekerjaan restorasi RER melalui perannya di bidang GIS.
GIS: Mata dari Operasional RER
Di RER, sebagai Analis GIS di Departemen Perencanaan dan Hubungan Pemerintah, peran Melisa sangat penting. Pemetaan, pengukuran spasial, dan pemantauan merupakan komponen utama kegiatan operasional RER, karena hampir semua aktivitas lapangan berawal dari data spasial yang akurat.
“Pekerjaan saya sehari-hari banyak melibatkan pembuatan peta dan analisis spasial untuk mendukung kegiatan RER, seperti pemetaan lokasi kamera jebak (camera trap), temuan satwa liar, dan titik pemantauan muka air tanah,” jelas Melisa.
Melisa juga bertanggung jawab untuk pemantauan kondisi lapangan lewat komputer (desktop) secara rutin, yang mencakup:
“Saya bangga mengetahui bahwa pekerjaan saya berkontribusi langsung pada keberhasilan upaya restorasi dan konservasi hutan RER,” ujarnya. “Setiap peta dan analisis yang saya buat membantu tim mengambil keputusan lebih baik yang berbasis data untuk melindungi dan memulihkan ekosistem unik ini.”

Menghadapi Tantangan
Pekerjaan Melisa, baik di kantor maupun di lapangan, memiliki tantangannya sendiri. Secara teknis, salah satu tantangan utama dalam pemantauan desktop adalah tingginya tutupan awan di wilayah RER sepanjang tahun, yang membuat pemantauan area konsesi sulit dilakukan dengan citra satelit optik.
Di lapangan, hutan rawa gambut memiliki tantangan tersendiri dalam segi keamanan dan logistik. “Hutan rawa gambut sangat berbeda dengan hutan di tanah mineral. Untuk bergerak di hutan rawa gambut RER, dibutuhkan usaha lebih karena kondisi tanahnya yang selalu basah. Selain itu, wilayah ini juga menjadi habitat beberapa satwa kunci, termasuk predator,” jelas Melisa.
Untuk mengatasinya, ia mengandalkan teknologi dan kerja sama tim yang erat. Dalam pemantauan desktop, ia menggunakan kombinasi citra dari waktu dan sumber yang berbeda, termasuk data radar yang dapat menembus awan, agar pengamatan lanskap tetap berlanjut. Untuk kegiatan lapangan, ia bekerja sama dengan tim lapangan dan mengikuti protokol keselamatan yang ketat.
Kemitraan: Kunci Keberlanjutan
Selain teknologi, Melisa melihat bahwa kemitraan juga menjadi kunci keberhasilan konservasi. RER bekerja sama dengan masyarakat lokal, lembaga pemerintah, dan para ahli konservasi.
“Setiap mitra memiliki kekuatan masing-masing: masyarakat memberikan pengetahuan lokal dan keterlibatan aktif dalam menjaga alam, pemerintah menyediakan dukungan kebijakan dan penegakan hukum, sementara organisasi seperti RER menawarkan keahlian teknis, kapasitas riset, dan pengelolaan jangka panjang,” jelas Melisa. Kemitraan ini memungkinkan integrasi antara data, pengalaman di lapangan, dan kearifan lokal untuk mencapai perlindungan ekosistem yang berkelanjutan.
Visi untuk Masa Depan Hutan Riau
Sebagai analis GIS profesional dan berdedikasi, Melisa berharap hutan-hutan di Riau dapat terus terjaga sebagai ekosistem yang seimbang di mana keanekaragaman hayati, kesejahteraan masyarakat, dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan bisa berjalan berdampingan.
“Dengan perencanaan yang matang, kita bisa memastikan bahwa area restorasi dikelola secara strategis dan berkelanjutan, dan konservasi sejalan dengan kebutuhan masyarakat sekitar,” ujarnya. Melisa percaya bahwa dengan kemitraan yang kuat antara masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah, perlindungan hutan akan menjadi tanggung jawab bersama dan komitmen jangka panjang bagi generasi mendatang.