Agustus 25, 2025
Restorasi Ekosistem Riau (RER) berkomitmen menggunakan solusi berbasis ilmiah untuk melestarikan dan melindungi lebih dari 150.000 hektare hutan gambut di Sumatra beserta keanekaragaman hayatinya. Dengan bermitra bersama ilmuwan lokal maupun internasional, RER mendorong penelitian lahan gambut yang dapat memperkuat upaya restorasi serta mendukung pemantauan jangka panjang.
Selama bertahun-tahun, RER telah mendukung berbagai penelitian mulai dari odonata (capung dan capung jarum) hingga beruang madu. Langkah terbaru yang dilakukan adalah dengan mengadakan survei ikan air tawar yang dipimpin oleh Dr. Tedjo Sukmono, taksonomis ikan air tawar sekaligus dosen Universitas Jambi. Survei ini mencakup sungai, danau, dan kanal di Semenanjung Kampar dengan tujuan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang keanekaragaman ikan di kawasan RER.
“RER adalah laboratorium alami,” ujar Yoan Dinata (Nata), Manajer Riset dan Monitoring RER. “Jenis habitat yang beragam dan fasilitas seperti Peat Lab serta pos jaga terpencil memungkinkan mahasiswa, peneliti, dan praktisi konservasi bekerja sama untuk memahami ekosistem gambut.”
Artikel ini akan mengulas mengapa survei ikan ini penting, mengapa dilakukan di RER, metode yang digunakan, serta apa arti temuannya bagi pekerjaan RER dan konservasi keanekaragaman hayati yang lebih luas.
Bagaimana Ikan Mencerminkan Kesehatan Ekosistem Gambut
Lanskap RER mencakup sekitar 400 kilometer sungai gambut, 14 danau gambut terisolasi, serta kanal yang saling terhubung. Pada musim hujan, air sungai biasanya akan meluap dan membentuk danau kecil, lalu terpisah kembali saat musim kemarau. Siklus alami ini mendistribusikan ikan air tawar ke seluruh bentang alam, menjadikan kawasan ini sebagai “hotspot keanekaragaman ikan,” kata Dr. Tedjo.
Keberadaan ikan air tawar bukan hanya membuktikan banyaknya spesies, melainkan juga peka terhadap perubahan lingkungan, terutama di habitat rapuh seperti rawa gambut. Inilah yang menjadikan mereka bioindikator yang mencerminkan kesehatan sungai, danau, dan hutan gambut sekitarnya.
“Keanekaragaman ikan yang tinggi menandakan ekosistem yang utuh dan restorasi yang berhasil, sementara penurunan dapat menjadi peringatan adanya tekanan atau degradasi,” jelas Dr. Tedjo.
Meski penting, penelitian tentang ikan air tawar di hutan rawa gambut masih jarang dilakukan. Di wilayah yang belum pernah dijelajahi, para peneliti sering menemukan catatan baru, bahkan kemungkinan spesies baru.
Pada 2017, Dr. Tedjo memimpin survei ikan pertama RER, dengan mengutamakan area sungai, dan mencatat 89 spesies dari 49 genus dan 19 famili. Di antaranya ada spesies endemik lokal serta paedocypris progenetica, ikan terkecil di dunia dengan panjang kurang dari satu sentimeter. Berdasarkan data dasar itu, survei 2025 bertujuan memperluas catatan dengan mengambil sampel tidak hanya dari sungai, tetapi juga danau dan kanal.
Bagaimana Peneliti Mendokumentasikan Keanekaragaman Ikan di RER
Survei ikan di RER dimulai Januari 2025 dan berlangsung selama 12 hingga 18 bulan, dengan pendekatan yang hati-hati dan sistematis:
Menentukan lokasi survei
Tim riset memilih sungai, danau, dan kanal, lalu membaginya ke dalam zona. Setiap zona memiliki stasiun survei, di mana pengambilan sampel dilakukan dua kali agar hasilnya dapat diandalkan.
Mengukur kualitas air
Sebelum penangkapan ikan, tim mencatat kejernihan, suhu, pH, kadar oksigen, dan vegetasi sekitar.
Menentukan lokasi dan menangkap ikan
Dengan alat fish-finder, tim mencari lokasi potensial lalu memasang jaring. Perangkap dibiarkan selama sekitar tiga jam sebelum diperiksa, baik siang maupun malam.
Mengidentifikasi spesimen
Spesies yang dikenal langsung dicatat, sedangkan yang meragukan dibandingkan dengan katalog ikan. Setiap ikan difoto, ditimbang, dan diberi kode ID.
Mengumpulkan sampel DNA
Untuk spesies baru atau yang ambigu, sampel jaringan kecil diambil guna memastikan apakah benar-benar spesies baru bagi ilmu pengetahuan.
Pekerjaan lapangan ini akan dilanjutkan dengan tiga bulan analisis data dan tiga bulan penulisan laporan. Bahkan pada tahap awal, hasil survei sudah menunjukkan prospek yang menjanjikan.
“Kami memperkirakan jumlah spesies akan meningkat dari 89 pada 2017 menjadi 120, bahkan mungkin 150,” kata Dr. Tedjo.
Bagaimana RER Mengubah Data Menjadi Dampak
Temuan dari survei ikan di RER akan disusun menjadi panduan lapangan dan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. Hasil ini juga akan digunakan untuk membandingkan danau dan sungai alami dengan kanal buatan manusia. “Ini akan memberikan wawasan berharga bagi pengelolaan ekosistem, membantu RER menentukan area prioritas untuk perlindungan, pemantauan, dan restorasi,” jelas Nata.
Menjaga populasi ikan juga mendukung masyarakat lokal dan mata pencaharian mereka. Karena itu, RER bekerja sama dengan nelayan untuk mendorong praktik berkelanjutan, mengganti metode yang berbahaya seperti racun atau setrum dengan teknik yang lebih aman, melindungi baik keanekaragaman hayati maupun pendapatan. “Bersama nelayan, RER membangun komitmen bersama untuk melindungi populasi ikan dan memastikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” tambah Nata.
Ke depan, RER akan terus berkolaborasi dengan peneliti untuk memperdalam pemahaman tentang lahan gambut melalui survei keanekaragaman hayati berkelanjutan, dengan memperluas penelitian yang mencakup spesies lain dan interaksi ekologis. Upaya ini memperkuat peran RER sebagai pusat konservasi berbasis ilmiah di Sumatra, Indonesia.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Mengapa RER bekerja sama dengan ilmuwan?
RER bermitra dengan ilmuwan lokal dan internasional untuk memastikan kerja konservasi didasarkan pada bukti yang kuat. Penelitian menyediakan data penting untuk memandu restorasi, memantau kemajuan, dan meningkatkan pengelolaan jangka panjang gambut di Sumatra.
2. Mengapa penting meneliti keanekaragaman ikan di lahan gambut?
Ikan air tawar adalah bioindikator, artinya kehadiran mereka mencerminkan kesehatan sungai, danau, dan hutan. Studi ini membantu mengukur pemulihan ekosistem dan dapat mengungkap spesies baru atau langka yang menegaskan keunikan habitat lahan gambut.
3. Apa yang membuat lanskap RER ideal untuk survei ikan?
Kawasan RER memiliki 400 km sungai gambut, 14 danau gambut, serta kanal. Pola banjir dan kering musiman menciptakan habitat beragam, menjadikannya hotspot keanekaragaman ikan air tawar.
4. Bagaimana RER mendukung survei ikan?
RER menyediakan fasilitas seperti Eco Research Camp, Peat Lab, dan pos jaga yang memungkinkan ilmuwan bekerja aman di wilayah terpencil. Sumber daya ini membuat survei sistematis di sungai, danau, kanal, dan hutan menjadi mungkin.
5. Bagaimana RER menggunakan data dari penelitian seperti survei ikan?
Hasil penelitian disusun menjadi panduan lapangan dan publikasi ilmiah, membantu RER menentukan area prioritas untuk perlindungan dan restorasi. Data juga memandu pengelolaan ekosistem serta mendukung praktik perikanan berkelanjutan bersama komunitas lokal.