September 20, 2016

Pengamatan Burung Migran di Semenanjung Kampar

Seiring matahari terbit, Muhammad Iqbal dan tiga rekannya menggunakan perahu kecil menyusuri Sungai Serkap di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Berperahu di bawah naungan langit biru dan teriknya mentari, hari Rabu ini keempat pria tersebut bermaksud mengamati dan mencatat migrasi burung pemangsa di musim gugur yang melewati Jalur Terbang Asia Timur meninggalkan rumah musim panas mereka di Siberia, Cina, dan Mongolia menuju rumah mereka di musim dingin yaitu di kawasan timur Indonesia.

RER Team Members observing migrating birds.

Anggota tim RER mengamati burung migrasi.

Tim Restorasi Ekosistem Riau (RER) melalukan survei ini dua kali setahun, yaitu di musim semi dan musim gugur, untuk mencari tahu bagaimana burung-burung migran seperti Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus), Baza Hitam (Aviceda leuphotes), Elang-alap Nipon (Accipter gularis), Elang-alap Tiongkok (Accipiter solensis), dan Elang kelabu (Butastur indicus) memanfaatkan hutan Semenanjung Kampar.

Begitu sungai melebar dan menampakkan dataran banjir, Andi sang operator menjaga perahu tetap tenang agar tim dapat mengambil gambar.

Pada pukul 9.30 pagi mereka mulai mengambil gambar seiring dengan naiknya suhu menjelang siang. “Suhu yang meningkat membuat aliran termal terkumpul, yang dimanfaatkan oleh burung-burung pemangsa untuk terbang ke ketinggian tertentu dan kemudian melayang meluncur ke arah tujuannya,” ujar Iqbal.

Penampakan pertama muncul pukul 9.55 pagi, saat empat ekor Sikep Madu Asia terlihat datang dari arah tenggara. Dalam tiga puluh menit dimulailah kesibukan mencatat dan merekam gambar burung hingga pukul 10.23 pagi. Kegiatan burung pemangsa mulai menurun, begitu juga kegiatan tim pantau, sesudah kurun waktu pagi tersebut.

Secara keseluruhan, tim mencatat 11 observasi dan 44 ekor burung pada hari itu. Penampakan burung Sikep Madu Asia dan burung Baza Hitam masing-masing sebanyak 23 dan 21 ekor. Pukul 15.30 sore kegiatan ini kami selesai melakukan kegiatan ini karena suhu udara menjadi makin sejuk dan lajur termal di udara sudah tidak ada lagi karena sinar matahari makin redup. “Waktu-waktu seperti ini sudah tidak cocok untuk burung pemangsa besar terbang jauh,” ujar Iqbal.

Pengamatan burung merupakan salah satu kegiatan pengelolaan yang dilakukan RER untuk mencatat keberadaan satwa liar di dalam kawasan restorasi hutan gambut.

Another species found in RER (Malay fly catcher).

Spesies Lain Yang Ditemukan Di RER (Burung Sikatan Melayu).

Dibentuk di tahun 2013, RER merupakan proyek kolaboratif yang menyatukan sektor swasta dan sektor publik serta organisasi masyarakat untuk melindungi dan merestorasi kawasan hutan gambut yang memiliki nilai ekologi penting yang terletak di Semenanjung Kampar, Indonesia. Kawasan ini menjadi rumah bagi lebih dari 500 spesies fauna dan flora, termasuk hampir 100 spesies tanaman dan hewan yang masuk dalam daftar dilindungi berdasarkan Daftar Merah Spesies Terancam Punah (Red List) yang dikeluarkan oleh IUCN.

Di kawasan hutan gambut tropis RER seluas 130.000 hektar terdapat beberapa spesies burung langka di dunia, seperti Mentok Rimba, Bangau Bluwok, dan Elang Wallace yang hidup hampir tanpa gangguan manusia.

Pada observasi di bulan April, seekor burung Kirik-kirik Laut terlihat di kawasan restorasi. Burung ini merupakan satu dari 26 spesies burung pemakan lebah yang ada di dunia, dan satu dari tiga spesies pemakan lebah yang bisa dijumpai di Riau, Sumatra. Bercirikan garis hitam di bagian matanya, warna oranye cerah di bagian lehernya, serta perpaduan warna biru dan hijau di bagian punggungnya, bulu burung pemakan lebah berekor biru ini menampilkan spektrum warna yang begitu luas. Sayapnya yang berbentuk meruncing dan paruhnya yang melengkung agak ke bawah menyokong pola makan burung ini yang kebanyakan memakan serangga.

Guna mendorong restorasi hutan, diperlukan adanya perlindungan aktif di lapangan melalui kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan di lanskap tersebut, yang semuanya mengupayakan tercapainya tujuan yang sama. Tim RER berkomitmen mendukung proses ini.

RER Special Report 2023