September 29, 2025

Konservasi di Ambang Kepunahan: Kokah

Di seluruh dunia, populasi satwa liar terus menurun akibat hilangnya habitat, perburuan, serta meningkatnya tekanan dari pembangunan oleh manusia. Hal ini menjadikan hutan hujan alami seperti Restorasi Ekosistem Riau (RER) habitat penting bagi satwa endemik Indonesia, yang dapat dipelajari sekaligus dilindungi. Salah satu spesies langka yang hidup di sini adalah kokah (Presbytis percura).

Spesies lutung yang jarang ditemui ini termasuk dalam keluarga monyet dunia lama (Cercopithecidae). Ia hanya dapat ditemukan di Provinsi Riau, Sumatra, di mana populasinya terus menurun akibat deforestasi dan hilangnya habitat. Pada tahun 2020, Daftar Merah IUCN menetapkan spesies ini berstatus Kritis (Critically Endangered), sehingga menambah pentingnya upaya konservasi untuk melindungi populasi yang tersisa. Di RER, kami bekerja tanpa henti untuk menjaga kelangsungan hidup spesies ini.

Dalam artikel ini, kami akan mengulas beberapa fakta menarik tentang Presbytis percura, sekaligus menyoroti upaya yang terus dilakukan untuk memulihkan habitat mereka. Melalui kolaborasi, kami berusaha membantu lutung-lutung Sumatra yang tersisa agar bisa bangkit kembali dari ambang kepunahan.

Spesies Primata di RER

RER menjadi rumah bagi banyak spesies endemik Indonesia. Survei keanekaragaman hayati terbaru kami, yang diselesaikan pada Juni 2025, mencatat sebanyak 901 spesies, termasuk 78 mamalia, 106 amfibi dan reptil, 319 burung, 207 tumbuhan, 89 ikan, serta 102 odonata.

RER menjadi rumah bagi sedikitnya enam jenis primata, yang seluruhnya masuk dalam Daftar Merah IUCN:

Sebagian besar primata ini hidup di hutan dataran rendah tropis dan hutan rawa gambut di dalam lanskap RER, tempat mereka menemukan perlindungan dari kerusakan hutan yang banyak terjadi di wilayah hutan lain di Sumatra.

Kokah: Perilaku, Pola Makan, dan Taksonomi

Hingga belum lama ini, Presbytis percura masih dianggap sebagai subspesies dari lutung Raffles (Presbytis femoralis), yang juga dikenal sebagai lutung kokah atau lutung surili. Namun, penelitian ilmiah terbaru mengungkapkan bahwa spesies ini ternyata berbeda dan berdiri sendiri. Hingga kini, jumlah kokah dewasa yang masih tersisa di alam liar belum diketahui pasti.

Kokah (Prebytis percura) hidup berkelompok - RER/M. Iqbal

Kokah adalah satwa arboreal dan diurnal. Artinya, mereka hidup di pepohonan hutan serta aktif pada siang hari. Mereka menempati hutan dataran rendah primer maupun sekunder, serta hutan rawa gambut. Pola makan mereka sebagian besar berupa daun (folivora), tetapi juga meliputi buah, biji-bijian, dan bunga. Dari hasil studi kami, diketahui bahwa lutung ini hidup dalam kelompok keluarga kecil, biasanya terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina, serta anak-anak mereka.

Peran Lutung dalam Ekosistem RER

Hutan tropis, khususnya hutan hujan, bukanlah habitat yang datar atau seragam. Hutan ini tersusun secara vertikal, bagaikan lapisan pada sebuah kue. Setiap lapisan memiliki kondisi yang berbeda, seperti cahaya, kelembapan, maupun ketersediaan makanan. Lapisan utama hutan meliputi:

Dalam lingkungan yang berlapis ini, satwa biasanya beradaptasi untuk hidup di lapisan tertentu. Kokah umumnya hidup di lapisan kanopi dan bagian atas understory. Posisi vertikal ini memengaruhi cara mereka bergerak, mencari makan, serta berinteraksi dengan spesies lain.

East Sumatran Banded Langur/Kokah (Presbytis percura) - RER/Desita Kusumaningrum

Saat mereka makan, mencari makan, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kokah turut menyebarkan biji, memangkas vegetasi, serta membantu mengendalikan populasi serangga. Dengan begitu, mereka berperan dalam pertumbuhan dan regenerasi tumbuhan di setiap lapisan hutan. Artinya, kokah berkontribusi pada struktur, keseimbangan, dan pembaruan lapisan hutan vertikal, terutama di hutan rawa gambut, di mana setiap biji yang tersebar dari lapisan kanopi membantu menjaga kesehatan hutan dan menyimpan karbon untuk jangka panjang.

Dengan kata lain, melalui penyebaran biji lewat kotorannya, Presbytis percura membantu regenerasi hutan sekaligus menjaga susunan berlapis dan keseimbangan ekosistem kanopi hutan tropis.

Upaya RER untuk Melestarikan Kokah

Populasi Presbytis percura di alam liar terus menurun drastis, terutama akibat hilangnya habitat karena deforestasi, penebangan kayu, dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Populasi yang tersisa kini sangat terfragmentasi, hanya berupa kelompok kecil yang terisolasi dan sebagian besar bertahan hidup di petak-petak hutan dataran rendah di sepanjang pesisir timur Sumatra, termasuk di Provinsi Riau, tempat RER beroperasi.

East Sumatran Banded Langur/Kokah (Presbytis percura) - RER/Andriano

Karena baru diakui sebagai spesies yang berdiri sendiri dalam beberapa tahun terakhir, data konservasi mengenai lutung ini masih terbatas. Namun, pemantauan yang terus dilakukan, termasuk oleh tim RER, kini mulai mengisi kekosongan pengetahuan tersebut dan menjadi dasar strategi konservasi.

Upaya konservasi di RER dirangkum dalam pendekatan PARM yang mencakup Protection, Assessment, Restoration, dan Management. Berikut penjelasan bagaimana setiap langkah tersebut diterapkan:

Sebagai salah satu primata paling langka di dunia, kokah bukan hanya simbol kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga pengingat nyata betapa cepatnya suatu spesies bisa menuju kepunahan. Di RER, kami percaya bahwa dengan perpaduan pengetahuan, perlindungan habitat, dan kolaborasi masyarakat lokal, bahkan spesies berstatus Kritis seperti Presbytis percura masih punya kesempatan untuk pulih.

Melalui penelitian, restorasi, dan kerja konservasi yang berkelanjutan, kami berupaya menjaga kelestarian spesies ini beserta ekosistem penting yang menaunginya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai upaya restorasi kami, silakan kunjungi situs web resmi RER.

Laporan Kemajuan RER 2024