Oktober 31, 2017

Kisah Manalu Si Penjaga Hutan

Menjadi jagawana, atau penjaga hutan, merupakan pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan, dan pekerjaan ini tidak saja memberikan tambahan pengetahuan tentang pohon yang ada di hutan namun juga kesempatan melihat berbagai jenis satwa seperti harimau, beruang madu, dan kucing hutan!

Inilah perasaan yang diungkapkan oleh Mangaratua Manalu, 29 tahun, seorang jagawana yang saat ini bekerja menjaga hutan di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Riau, yang dibentuk oleh Grup APRIL.

Manalu memulai kariernya di sini empat tahun yang lalu. Sebelum mulai bekerja sebagai jagawana, ia mendapat pelatihan dari APRIL, seperti misalnya bagaimana cara bertahan hidup di hutan dan bagaimana cara menghadapi satwa liar.

As part of their duties to help preserve the RER area, the forest rangers additionally provide education about it to the surrounding community.

Sebagai bagian dari tugas mereka membantu melestarikan kawasan rer, para jagawana juga memberikan edukasi ke masyarakat sekitar tentang upaya yang mereka lakukan.

Sebagai jagawana, tugas utama Manalu ialah menjaga satwa liar dari perburuan dan mencegah terjadinya kebakaran lahan serta pembalakan liar. Jagawana akan berpatroli di hutan tiap hari untuk memastikan tidak ada ancaman di kawasan RER.

“Saya dan jagawana lainnya melakukan patroli hutan setiap hari sejak pukul 7 pagi. Biasanya kami dibagi menjadi dua tim yang bertanggung jawab atas daerah Timur atau Barat, dan kami berjalan kaki menempuh jarak hingga 3km mengelilingi kawasan RER.

“Kami sering menemukan orang-orang yang menangkap ikan di sungai dengan setrum listrik,” ia menjelaskan.

Sebagai bagian dari tugas mereka melestarikan kawasan RER, para jagawana juga memberikan edukasi ke masyarakat sekitar tentang upaya yang mereka lakukan, ujar Manalu.

Di hutan, Manalu dan jagawana lainnya tidak menetap di satu tempat, melainkan berpindah-pindah. Ketika malam tiba, mereka mendirikan tenda untuk tidur. Para jagawana ini juga membawa persediaan makanan dalam jumlah yang cukup untuk bertahan hidup selama mereka berada di hutan.

Manalu’s dedication as a ranger represents his pledge to continue ensuring preservation of the environment.

Dedikasi manalu sebagai jagawana mencerminkan tekadnya untuk terus menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami membawa berbagai jenis makanan, seperti beras, mi instan, dan makanan kalengan. Kami juga membawa alat masak untuk mengolah makanan,” ujarnya.

“Meski harus tinggal di dalam hutan dan mandi dengan air kanal, saya senang dengan pekerjaan saya. Saya bangga menjadi jagawana karena kami lah yang memelihara hutan dan menjaga alam agar aman dari ancaman,” ujarnya.

Meski ia tidak mengeluh dalam tugasnya sebagai jagawana RER, pekerjaan yang paling berat bagi Manalu adalah ketika ia harus tinggal di hutan selama 20 hari dalam sebulan, dan hanya menyisakan waktu 10 hari dalam sebulan untuk istri dan kedua anak perempuannya.

Manalu menyampaikan bahwa rasa rindu terhadap keluarganya kadang membuat ia memanjat pohon yang tinggi demi mendapat sinyal telepon untuk menghubungi keluarganya.

“Kadang kalau saya kangen keluarga, saya akan cari sinyal dengan cara memanjat pohon setinggi 30 meter hanya untuk menelepon mereka,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa keluarganya selalu memberikan dukungan dan tidak pernah mengeluhkan pekerjaannya yang membuatnya jarang di rumah.

“Untungnya, istri dan anak-anak saya tidak meributkan pekerjaan saya – mereka paham bahwa saya bekerja di hutan demi memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar Manalu.

Dedikasi Manalu sebagai petugas jagawana mencerminkan tekadnya untuk terus menjaga kelestarian lingkungan. Ia bangga dengan komitmen RER untuk memulihkan dan melestarikan area hutan gambut yang terletak di Semenanjung Kampar, Indonesia, yang memiliki nilai ekologi penting.

“Saya merasa sangat kesal bila ada orang yang menebang hutan secara ilegal dan membakar lahan gambut,” ia menjelaskan.

“Saya harap ke depannya tidak ada lagi praktik-praktik ilegal semacam itu, dan agar kita semua bisa memelihara alam untuk masa depan,’ ujarnya menutup pembicaraan.

RER Special Report 2023