April 17, 2020

Hidupan Liar RER: Musang Tenggalung

Mari kita berkenalan dengan Musang Tenggalung (Viverra tangalunga) atau juga dikenal dengan nama Tenggalung Malaya. Satwa mamalia ini termasuk dalam famili Viverridae. Meski merupakan satwa asli Indonesia, satwa ini juga dapat dijumpai di Malaysia dan Filipina.

Musang Tenggalung merupakan salah satu dari 76 spesies mamalia yang telah teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar.

rer-malayan-civet-cat

THE MALAYAN CIVET'S TAIL IS BLACK ABOVE AND RINGED ON THE LOWER SIDE

Meski Musang Tenggalung terlihat dan berperilaku seperti kucing, satwa ini bukanlah kucing sesungguhnya. Sebagai musang, satwa ini lebih berkerabat dekat dengan cerpelai dan garangan.

Musang Tenggalung dianggap salah satu musang yang mudah dibedakan, dengan kakinya yang berwarna gelap dan bulunya yang berwarna keabu-abuan dengan totol-totol hitam di sepanjang tubuhnya. Satwa ini juga punya ekor yang panjang, dengan bagian atas ekor berwarna hitam dan memiliki garis-garis serupa cincin yang melingkar di bagian bawahnya. Satwa ini cukup kecil, dengan bobot hanya sekitar 3,5 s.d. 4,5 kg.

Meskipun Musang Tenggalung diketahui bisa hidup di berbagai jenis habitat, beberapa peneliti mempercayai bahwa daerah pesisir, hutan rawa dan habitat dengan elevasi tinggi tidak cocok dengan spesies ini. Tetapi kami beberapa kali berhasil mengidentifikasi mereka di area restorasi RER Semenanjung Kampar yang merupakan hutan rawa gambut.

Sama halnya dengan saudara jauhnya, Musang Luwak, Musang Tenggalung beradaptasi sangat baik dengan lanskap buatan manusia, seperti area perkebunan atau Hutan Tanaman Industri. Satwa ini bisa hidup dengan baik dekat dengan habitat manusia, sehingga sering ditemukan mati akibat tertabrak. Satwa ini bersifat soliter/penyendiri, hidup di daratan, dan tinggal di permukaan tanah, dan biasanya mencari makan di permukaan tanah hutan.

Predator alami bagi satwa ini mencakup satwa mamalia karnivora berukuran besar, seperti leopard/macan dahan, harimau, buaya, dan ular besar.

Spesies ini hidup di malam hari, dan lebih menyukai berburu dalam kegelapan malam. Sebagai spesies omnivora, Musang Tenggalung memakan satwa invertebrata serta satwa vertebrata berukuran kecil, termasuk serangga, katak, satwa pengerat, kadal, dan ular kecil. Satwa ini juga memakan buah-buahan, telur, dan kadang akar-akaran.

malayan-civet-images.jpg

MUSANG TENGGALUNG MERUPAKAN SATWA PENYENDIRI DAN OMNIVORA. MEREKA MEMAKAN SATWA INVERTEBRATA DAN SATWA VERTEBRATA BERUKURAN KECIL.

Untuk melindungi dirinya, Musang Tenggalung memproduksi bau-bauan dari kelenjar bau yang ada di bagian anusnya – bau yang menyerupai bau ‘Pandan luwak’. Serupa dengan Sigung, Musang Tenggalung akan mengeluarkan bau ini saat ia merasa terancam. Bau ini juga dikeluarkan dan digosok-gosokkan ke berbagai benda sebagai cara untuk berkomunikasi dengan Musang Tenggalung lainnya.

Musang Tenggalung betina berkembang biak dua kali dalam setahun. Setelah kehamilan selama dua bulan, biasanya akan lahir empat anak musang dalam sekali kelahiran. Bayi musang ini lahir dengan mata terpejam dan akan dirawat oleh induknya hingga mencapai usia satu bulan, ketika mereka biasanya sudah mulai bisa mengurus dirinya sendiri.

Musang Tenggalung bisa hidup hingga 20 tahun, meskipun kebanyakan jarang yang bisa mencapai usia tersebut.
Meskipun musang Tenggalung oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) digolongkan sebagai satwa berstatus Risiko Rendah (LC) species by the International Union for Conservation of Nature (IUCN), yang artinya tidak menghadapi bahaya kepunahan, satwa ini kerap diburu oleh manusia karena dianggap sebagai hama yang memangsa unggas ternak dan memakan buah-buahan yang ditanam di kebun.

RER Special Report 2023