Maret 24, 2020
Mari kita berkenalan dengan Landak Malaya (Hystrix brachyura), satwa mamalia yang masuk dalam famili Hystricidae. Landak ini merupakan satwa asli Nepal, India dan Bangladesh, Cina, dan Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Singapura.
Landak Malaya juga dapat dijumpai di Indonesia, yang juga dikenal dengan nama ‘Landak Raya’. Satwa ini merupakan salah satu dari 76 spesies mamalia yang teridentifikasi di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar melalui kamera jebak dan observasi lapangan.
Meskipun menyandang status konservasi Risiko Rendah (LC) yang diberikan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), Landak Malaya dianggap sebagai satwa yang cukup langka dan diketahui sangat sulit dijumpai, khususnya karena satwa ini hampir sepenuhnya aktif di malam hari.
Landak ini dapat dijumpai di berbagai jenis hutan, dan dapat hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok hingga 10 ekor.
Sebagai salah satu spesies landak yang berukuran terbesar di Asia Tenggara, Landak Malaya dianggap sebagai satwa pengerat bertubuh besar, dengan ukuran panjang sekitar 63 s.d. 72 cm dan bobot sekitar 0,7 kg s.d. 2,4 kg.
Tubuh bagian depannya berwarna coklat gelap hingga hitam, sedangkan tubuh bagian belakangnya tertutup bulu duri yang panjang, tajam, dan kaku, yang sebenarnya adalah bulu rambut yang mengalami perubahan. Bulu duri ini kerap berwarna hitam dan putih, atau coklat gelap dan putih.
Ketika baru dilahirkan, bayi landak memiliki bulu duri yang lunak, dan akan menjadi makin keras saat mereka memasuki usia dewasa. Landak Malaya juga punya ekor yang relatif pendek, yang tertutup bulu duri yang akan mereka derakkan saat merasa terancam.
Sebagaimana landak lainnya, Landak Malaya juga menyerang dalam arah mundur sebagai mekanisme mempertahankan diri bila mereka diserang pemangsa, dengan maksud menikam sang musuh dengan bulu duri landaknya.
Landak Malaya beristirahat di siang hari di sarang atau lubang di tanah, dan hanya keluar pada malam hari untuk mencari makan, mencari buah-buahan yang jatuh dari pohon, akar-akaran, bonggol, kulit kayu, bangkai (daging satwa yang membusuk) serta serangga. Satwa ini juga menggerogoti tulang, dan menghancurkan biji-bijian dan kacang-kacangan dengan gigi serinya yang besar dan rahangnya yang kuat.
Usia kandungan landak betina dewasa ialah selama 110 hari, dan kemudian biasanya akan melahirkan dua hingga tiga bayi landak per sekali melahirkan.
Manusia dianggap merupakan salah satu ancaman terbesar bagi Landak Malaya, yang diburu demi daging dan bezoar (yang digunakan di pengobatan tradisional di beberapa belahan Asia). Perubahan dan hilangnya habitat juga berkontribusi pada menurunnya populasi landak.