Juli 24, 2025
Tim Restorasi Ekosistem Riau (RER) sama beragamnya dengan lanskap yang mereka lindungi. Berasal dari latar belakang yang berbeda dan memiliki keunggulan di berbagai bidang, perpaduan dari pengetahuan, semangat, dan keahlian mereka memungkinkan kami untuk menghadapi tantangan konservasi dari berbagai sudut pandang. Dalam artikel ini, kita mendengar langsung dari Yoan Dinata (yang akrab disapa Pak Nata), selaku Manajer Konservasi Keanekaragaman Hayati di RER, tentang kesehariannya serta motivasinya dalam menjalani profesi ini.
“Saya selalu merasa punya ikatan yang kuat dengan alam,” ujar Pak Nata. “Ini bukan sekadar pekerjaan bagi saya; ini adalah panggilan hidup yang sudah saya rasakan sejak kecil.” Panggilan hidup itu tumbuh di hutan-hutan Jambi, Sumatra, tempat ia menghabiskan masa kecilnya menjelajahi alam bersama sang ayah. “Saya masih ingat jelas rasa takjub saat melihat trenggiling Sunda dari dekat, atau rasa penasaran ketika melihat kukang yang diam-diam bergelantungan di atas pohon. Suara owa ungko (agile gibbon) juga terus mengiringi keseharian saya, ditambah cerita-cerita menarik tentang harimau dari ayah saya.”
Pengalaman masa kecil itu menumbuhkan rasa hormat yang mendalam terhadap hutan dan satwa liarnya – terutama harimau Sumatra. Kini, sebagai orang dewasa, Pak Nata mendedikasikan dirinya untuk menjaga pesona alam tersebut agar tetap lestari bagi generasi mendatang, dan ikut menambahkan bab baru dalam cerita-cerita harimau yang dulu ia dengar saat kecil.
Peran Seorang Manajer Konservasi Keanekaragaman Hayati
Pak Nata bergabung dengan RER pada Juli 2024, tertarik oleh pendekatan proyek ini yang menyeluruh dan ambisius dalam memulihkan ekosistem. Ia menjelaskan, “Komitmen RER dalam merestorasi dan mengelola bentang alam yang luas dan bernilai ekologis sangat sejalan dengan semangat saya sejak lama untuk menciptakan dampak konservasi dalam skala besar.”
Perannya di RER bersifat strategis sekaligus langsung di lapangan. “Sebagai Manajer Konservasi Keanekaragaman Hayati, aktivitas saya sehari-hari berfokus pada memimpin dan mendukung tim saya untuk mencapai target konservasi,” jelasnya. “Saya terlibat langsung dalam membimbing dan mendampingi tim, mulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan riset, pemantauan, dan pengelolaan spesies maupun habitat.”
Selain itu, Pak Nata juga berperan dalam menyusun laporan ilmiah dan dokumentasi kegiatan, guna memastikan bahwa kerja konservasi di lapangan dapat tersampaikan dengan baik kepada para pemangku kepentingan, sekaligus menjadi kontribusi nyata bagi pengembangan pengetahuan ekologi secara lebih luas.
Baca juga: RER Survei Keanekaragaman Hayati
Bekerja Demi Perlindungan yang Lebih Kuat
Perjalanan Pak Nata tak lepas dari kisah harimau Sumatra. Sejak tahun 2000, ia telah meneliti dan melindungi satwa besar yang sangat terancam punah ini, termasuk melalui pengembangan program pemantauan harimau yang inovatif di Taman Nasional Kerinci Seblat.
“Program itu jadi titik penting,” katanya. “Dari sana, kami bisa mendapatkan estimasi populasi yang akurat. Ini sangat penting untuk perencanaan konservasi, karena secara efektif mengidentifikasi habitat utama dan koridor jelajah harimau yang perlu segera dilindungi. Dan yang tak kalah penting, hasil temuan kami ikut mendukung strategi pencegahan perburuan serta mendorong penegakan kebijakan yang lebih kuat.”
Bagi Pak Nata, hubungan dengan harimau ini bukan sekadar profesi, tapi sangat pribadi. “Yang selalu membakar semangat saya adalah melihat betapa tangguhnya mereka bertahan meski dihadapkan pada begitu banyak ancaman… Rasanya tidak terbayang jika suatu hari Sumatra kehilangan harimaunya,” ujarnya.
Menilai Peran Harimau di dalam Ekosistem
Di RER, pekerjaan Pak Nata berkontribusi langsung terhadap kelangsungan hidup jangka panjang spesies harimau. “Dengan memulihkan kesehatan hutan secara menyeluruh dan menjaga keanekaragaman hayatinya yang kompleks, kami sedang membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi harimau Sumatra,” jelasnya.
Sebagai predator puncak, harimau memainkan peran ekologis yang penting. “Melindungi harimau Sumatra itu sangat krusial karena mereka adalah spesies kunci yang terancam punah… Perlindungan mereka juga menyediakan layanan ekosistem penting seperti udara dan air bersih, yang manfaatnya langsung dirasakan oleh manusia.”
Harimau membantu mengatur populasi herbivora seperti rusa dan babi hutan. Pengendalian ini mencegah tekanan berlebih pada tumbuhan hutan dan mendukung regenerasi vegetasi hutan. Hasilnya, proses ini membantu menstabilkan ekosistem hutan, sekaligus mendukung fungsi penyimpanan karbon dan penyaringan air, yakni dua layanan ekosistem penting yang menjaga kesehatan hutan, dan secara tidak langsung memberi manfaat besar bagi manusia.
Tantangan di Lapangan
Lingkungan hutan yang sedang dipulihkan selalu berubah, sehingga strategi dan pendekatan pun harus ikut menyesuaikan. “Kami bekerja di kawasan hutan yang sedang direstorasi, dan itu berarti kondisinya terus berkembang,” kata Pak Nata. “Apa yang efektif hari ini, bisa saja perlu disesuaikan besok, karena perubahan iklim, masuknya spesies asing, atau perubahan perilaku satwa liar yang tidak terduga.”
Tantangan lainnya adalah memastikan data yang dikumpulkan di lapangan tetap konsisten dan berkualitas, terutama dengan tim yang terlibat di berbagai kegiatan operasional di lapangan. “Dengan banyak anggota tim yang mengumpulkan beragam jenis data, selalu ada risiko ketidaksesuaian atau kesalahan yang bisa memengaruhi keakuratan laporan,” jelasnya.
Menghadapi tantangan tersebut, Pak Nata justru semakin teguh pada komitmennya untuk melakukan pendekatan ilmiah yang kuat. Ia dan timnya terus menyempurnakan cara kerja di lapangan, memperbaiki metode pencatatan data, sekaligus tetap fleksibel dan belajar dari setiap langkah dalam perjalanan restorasi.
Visi untuk Masa Depan
Pak Nata memiliki visi masa depan yang penuh harapan, namun juga dilandasi tekad kuat. “Saya membayangkan harimau Sumatra suatu hari nanti bisa keluar dari status sangat terancam punah (critically endangered),” ujarnya, “sehingga mereka bisa kembali berkeliaran bebas di lanskap hutan yang luas, saling terhubung, dan sehat.” Ia melihat perannya di RER sebagai salah satu fondasi penting dalam proses tersebut. “Pekerjaan di RER menyediakan data yang dibutuhkan untuk menyusun strategi konservasi jangka panjang yang efektif.”
Harapan Pak Nata tak hanya untuk harimau, tetapi juga untuk ekosistem secara lebih luas. “Saya ingin melihat ekosistem hutan gambut di RER benar-benar pulih,” katanya. “Artinya, area yang dulunya rusak bisa berubah menjadi kawasan yang tangguh, kaya keanekaragaman hayati, dan berperan aktif dalam melawan perubahan iklim dengan menyimpan karbon dan mengurangi risiko kebakaran.”
Lewat pekerjaannya di RER, Pak Nata perlahan mewujudkan visi itu menjadi kenyataan.