Juli 14, 2023

Restorasi Ekosistem Riau: Pusat Keanekaragaman Hayati dan Pembelajaran dari Alam

Restorasi Ekosistem Riau (RER) merupakan pusat keanekaragaman hayati penting di atas lahan sekitar 150.693 hektar di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Area ini menjadi rumah bagi hutan gambut yang memiliki nilai ekologis penting dan aneka ragam flora dan fauna. Selain kegiatan konservasi dan restorasi, area ini juga memberikan peluang berharga untuk mempelajari alam. Melalui penelitian dan kolaborasi, RER membantu mengungkap banyak keajaiban alam yang terdapat di hutan-hutan yang masih tersisa di Indonesia sambil mengembangkan strategi untuk melindunginya.

Rawa gambut tropis secara umum sulit diakses. Tantangan dalam navigasi, pemetaan, dan eksplorasi habitat ini membuatnya menjadi salah satu ekosistem yang paling sedikit diteliti di dunia. Namun, daerah terpencil ini justru memungkinkan keanekaragaman hayati berkembang dengan melimpah. Menyadari pelajaran penting yang dapat dipetik dari daerah-daerah ini, RER menciptakan fasilitas penelitian ekologi terkini di tengah Semenanjung Kampar.

Pusat Penelitian Gambut Tropis

Terletak sekitar empat jam perjalanan dari Pangkalan Kerinci yang dekat dengan area restorasi RER di Semenanjung Kampar di Riau, Eco-Research Camp menyediakan tempat bagi para ilmuwan untuk mempelajari keanekaragaman hayati, melakukan survei satwa liar, dan berpartisipasi dalam upaya restorasi.

Di Eco-Research Camp, pengunjung berkesempatan untuk mempelajari kegiatan restorasi ekosistem RER.

Proyek RER mencakup area seluas dua kali lebih besar dari Singapura. Lokasi strategis Eco-Research Camp membantu para pengunjung memahami tantangan pengelolaan lanskap sebesar ini dengan kompleksitasnya. Namun, bagaimana mengukur keanekaragaman hayati? Melalui kerja sama dengan mitra dan kolaborator, kegiatan pemantauan meliputi pemasangan perangkap kamera, pengamatan burung, dan restorasi hutan. Kamp ini juga menjadi rumah bagi beberapa pusat pembibitan pohon asli yang merupakan inti dari upaya penghijauan kembali.

Kemitraan & Kolaborasi

Eco-Research Camp merupakan wadah ideal untuk berbagi pengetahuan dan menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi. Pada tahun 2015, RER bekerja sama dengan Fauna & Flora International (FFI) untuk mengembangkan kerangka kerja pengelolaan hutan dan melakukan penilaian keanekaragaman hayati dalam skala besar. Kolaborasi ini melahirkan serangkaian survei tentang inventarisasi spesies secara komprehensif, termasuk mamalia, burung, reptil, dan amfibi.

Sejak itu, RER terus memperluas penilaian keanekaragaman hayati awal yang dilakukan oleh FFI dengan menggunakan berbagai strategi pemantauan untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Upaya ini telah menghasilkan beberapa hasil menarik. Perangkap kamera khususnya telah menjadi alat berharga untuk mendokumentasikan spesies langka dan sulit ditemukan seperti kucing tandang (Prionailurus planiceps) dan paok sayap-biru (Pitta moluccensis) yang pertama kali teridentifikasi melalui survei ini.

Melalui penelitian dan kolaborasi, RER membantu mengungkap banyak keajaiban alam yang terdapat di hutan-hutan yang masih tersisa di Indonesia sambil mengembangkan strategi untuk melindunginya.

Pentingnya Survei Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

Pemantauan yang berkelanjutan terhadap area RER telah mengidentifikasi total 846 spesies tumbuhan dan hewan per Desember 2022. Jumlah ini mencakup 78 jenis mamalia, 106 jenis amfibi dan reptil, 317 jenis burung, 198 jenis tumbuhan, 89 jenis ikan, dan 58 jenis odonata (sekelompok serangga terbang yang mencakup capung dan kunang-kunang). Dari semua spesies yang teridentifikasi sejauh ini, 13 di antaranya terdaftar sebagai Terancam Punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), sementara 22 lainnya Terancam dan 37 Rentan. Secara keseluruhan, 118 spesies terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) dan 101 tercatat dalam daftar spesies tumbuhan dan hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia.

Hal ini menjadikan RER sebagai tempat perlindungan penting bagi beberapa spesies yang paling terancam punah di Indonesia. Bagi para ilmuwan, Eco-Research Camp merupakan komponen penting dalam menilai indikator keanekaragaman hayati. Sejak didirikan pada tahun 2020, kamp ini telah menjadi tempat bagi banyak survei satwa liar.

2015 & 2021 | Survei Kondisi Dasar Keanekaragaman Hayati

Pada tahun 2015 dan 2021, Fauna & Flora International (FFI) telah melakukan survei awal keanekaragaman hayati pertama di area RER seluas 130.095 ha di Semenanjung Kampar. Survei ini mencakup berbagai habitat lahan gambut, mulai dari koridor sungai hingga kubah gambut dan menunjukkan bahwa hewan dan tumbuhan yang ditemukan merupakan ciri khas dari ekosistem di Sumatera. 284 kamera jebak berhasil merekam 15.528 rekaman selama 15.528 malam dan mengidentifikasi 80 spesies, termasuk 17 spesies yang tercatat dalam Daftar Merah IUCN dan menjadi perhatian konservasi global. Data tambahan yang dikumpulkan dari transek survei sepanjang 88 km dan 220 plot vegetasi mengidentifikasi 240 flora dan ratusan spesies fauna tambahan yang tidak terekam oleh kamera jebak.

KAMERA JEBAK MENJADI PERANGKAT PENTING DALAM MENEMUKAN KEBERADAAN SPESIES DI AREA KONSESI DI SEMENANJUNG KAMPAR DAN PULAU PADANG.

FFI dan RER melakukan survei lanjutan pada tahun 2022 untuk menyoroti perbaikan yang menjanjikan bagi kesehatan ekosistem dan jumlah spesies yang berkembang biak di kawasan RER.

2016 | Pemantauan Raptor Migrasi

Acara diselenggarakan dua kali setahun pada musim semi dan gugur, bersamaan dengan migrasi burung pemangsa dari hutan-hutan di China dan Rusia. Riau menjadi tempat yang hangat dan ramah untuk berkembang biak serta membesarkan anak-anak burung sebelum terbang ke arah utara.

2017 | Sensus Burung Air Asia

RER menjadi tuan rumah Sensus Burung Air Asia (Asian Waterbird Census, AWC) setiap bulan Januari. Bekerja sama dengan Program Wetlands International-Indonesia dan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, AWC memberikan indikasi tentang kesehatan lahan basah dan mendukung upaya konservasi untuk seluruh kawasan Asia-Pasifik.

2019 | Survei Harimau Sumatra

Tahun 2019, RER dan yayasan Save the Indonesian Nature and Threatened Species (SINTAS) telah melakukan survei pada 517.500 hektar habitat di Semenanjung Kampar.

Kerja sama ini membantu memberi gambaran yang lebih jelas tentang populasi harimau liar di daerah tersebut. Selain itu, mencatat bukti keberadaan spesies mangsa dan mengidentifikasi ancaman potensial terhadap kelangsungan hidup mereka.

2020 | Translokasi Harimau

Studi ini menilai Semenanjung Kampar sebagai lokasi pemindahan potensial untuk harimau Sumatra. Dengan menggunakan analisis faktor ekologi habitat spesies (ENFA) untuk kesesuaian habitat, tim peneliti menemukan bahwa sekitar 60 persen dari area studi dinyatakan layak untuk reintroduksi populasi harimau liar. Hasil survei ini diterbitkan dalam jurnal Mammalian Biology pada tahun 2023.

2020 | Studi Efek Tepi

Sejak tahun 2020, Studi Efek Tepi telah menyelidiki keragaman spesies mamalia dan burung di area yang memisahkan hutan rawa gambut RER dan perkebunan akasia yang berdekatan.

Restorasi Ekosistem Riau (RER) bekerja sama dengan Dr Rory Dow melakukan survei Odonata yang menunjukkan peran serangga dan laba-laba dalam keanekaragaman hayati. Berikut hasil survei tersebut.

Odonata sangat cocok diamati sebagai bioindikator kualitas air pada ekosistem dimana mereka hidup. BRACHYGONIA OPHELIA PHOTO CREDIT: GANJAR CAHYADI (FFI)

2020-2023 | Survei Odonata

Meskipun sempat terhalang oleh pandemi COVID-19, survei dasar komprehensif dari ordo Odonata di Semenanjung Kampar ini menggabungkan data dari Januari 2020 dengan tiga survei tambahan yang dilakukan pada bulan Februari, Mei/Juni, dan yang direncanakan pada bulan September 2023. Sejauh ini, survei telah berhasil mengidentifikasi 94 spesies odonatan dari 12 famili. 34 spesies di antaranya merupakan catatan pertama untuk Indonesia, Sumatera dan Provinsi Riau. 11 spesies juga menjadi perhatian konservasi oleh Daftar Merah IUCN sebagai Terancam (EN), Rentan (VU), dan Hampir Terancam (NT). Catatan ini menunjukkan peningkatan dalam jumlah total spesies Odonata di Riau dari 88 menjadi 123 spesies. 50% dari spesies tersebut bergantung pada hutan. 83 spesies telah diidentifikasi di lingkungan air dengan pH rendah (<6,5) yang merupakan ciri khas hutan gambut. Hasil dari survei dasar ini akan digunakan untuk mengembangkan Indeks Biotik Capung (Dragonfly Biotic Index/DBI) sebagai indikator pengganti untuk menilai dan memantau kesehatan ekosistem akuatik, karena semua spesies Odonata bergantung pada air tawar untuk perkembangan tahap pra-dewasa (nimfa dan larva).

2021 | Kucing Tandang

Tim ekologi RER melakukan survei pada kucing tandang dengan kamera perangkap di Semenanjung Kampar. Dari rekaman tersebut tercatat 11 kali penampakan induk dan anak kucing tandang. Temuan tersebut juga mencatat secara resmi untuk kali pertama keberadaan spesies langka yang terancam punah di kawasan RER.

KUCING TANDANG – SALAH SATU DARI 13 SPESIES YANG TERANCAM DI TINGKAT GLOBAL DENGAN STATUS TERANCAM (EN) TERCATAT BERADA DI AREA KONSESI RER

Anggota tim kemudian menerbitkan temuan mereka dalam jurnal Oryx International Journal of Conservation — jurnal berkelanjutan berkala yang ditinjau oleh para pakar dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati dan kebijakan konservasi.

2022-2023 | Keanekaragaman dan Penyebaran Mamalia

Dilakukan dari Oktober 2021 hingga Januari 2023 sebagai bagian dari proyek penelitian untuk mahasiswa PhD Kent University, penelitian ini dilakukan untuk memantau spesies mamalia di Semenanjung Kampar, tepatnya di Sangar, Turip/Serkap, dan Kutup. Dengan melibatkan 192 kamera jebak dan merekam 28.982 rekaman, selama 28.982 malam, survei ini mencatat total 56 spesies, termasuk harimau Sumatra. Data baru ini akan dibandingkan dengan data sebelumnya di tahun 2015 dan digunakan untuk menilai tren keberadaan dan keanekaragaman spesies mamalia di lanskap produksi-proteksi.

RER 2023 Progress Report