Februari 28, 2024

Kolaborasi Kunci Keberhasilan Restorasi Ekosistem

Tepat satu dekade lalu, Restorasi Ekosistem Riau (RER) memulai upaya untuk mengurangi dampak dari tahun-tahun penebangan selektif dan konstruksi kanal di salah satu lanskap gambut terakhir di Indonesia, meningkatkan perlindungan bagi hutan rawa gambut tropis yang sangat penting dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya.

Selama 10 tahun terakhir, kolaborasi menjadi kunci dalam memulai program restorasi ekosistem di RER, melalui kemitraan dengan pemerintah, pakar ilmiah dan masyakarat. Kedepannya, kolaborasi akan terus menjadi landasan pendekatan RER dan dasar bagi metode pembangunan berkelanjutan secara global.

Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak positif yang dihasilkan selama sepuluh tahun oleh RER, juga menjelajahi peran penting yang dijalankan oleh kemitraan dan kerjasama yang telah dijalankan. Kita juga akan melihat strategi apa yang dapat digunakan dari pengalaman yang dimiliki untuk membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Melihat Kembali Dampak Positif Selama Satu Dekade

Meliputi wilayah seluas 150.693 hektar di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang di pesisir timur Provinsi Riau, Sumatra, RER menggunakan pendekatan produksi-proteksi untuk dalam melaksanakan restorasi ekosistem. Melalui pendekatan ini, hutan tanaman produksi yang dikelola secara berkelanjutan di sekitar memberikan dukungan pendanaan yang dibutuhkan bagi penelitian dan program restorasi di RER.

Tim RER telah bekerja keras untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas masa lalu di Semenanjung Kampar, menutup kanal-kanal lama untuk menjaga kelestarian dan tingkat kebasahan lahan gambut. Dalam lima tahun terakhir, RER menutup total 36 sistem kanal dengan total panjang 179 kilometer. Perkembangan ini telah melahirkan kehidupan baru ke lanskap RER, sekaligus memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sejak awal, RER telah fokus pada kemitraan. Komitmen RER pada kolaborasi dan penelitian ilmiah tim survei pertama

“Alasan mengapa RER sangat penting bukan hanya karena area RER merupakan salah satu hutan rawa gambut terakhir yang masih utuh,” ungkap Anderson Tanoto, yang merupakan Managing Director RGE dan sosok utama dalam pengembangan RER selama satu dekade terakhir. Dia melihat program ini sebagai sebuah contoh integrasi yang berhasil dari strategi hingga eksekusi pada keanekaragaman hayati, masyarakat dan iklim, serta kemitraan antara sektor swasta, pemerintah dan lembaga sosial masyarakat.

Sejak awal, RER telah fokus pada kemitraan. Komitmen RER pada kolaborasi dan penelitian ilmiah tercermin dalam upaya tim survei pertama, yang dipimpin oleh para pakar dari salah satu mitra RER, Fauna & Flora. Tim ini menghabiskan waktu yang panjang untuk mengukur kedalaman gambut, mendokumentasikan satwa liar dan tumbuhan, dan memasang kamera jebak yang kemudian mengungkapkan keberagaman satwa liar di hutan yang sebelumnya tersembunyi.

Kolaborasi awal ini membangun banyak strategi dasar bagi program-program selanjutnya. Survei bersama yang dilakukan membantu menegaskan fungsi menyeluruh RER sebagai penyimpan karbon, yang juga mengungkapkan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Berdasarkan hasil identifikasi terakhir, per Desember 2023, RER menjadi rumah bagi total 893 spesies, termasuk 78 jenis mamalia, 319 burung, 106 amfibi dan reptil, 89 ikan, 100 odonata dan 201 tanaman.

Kolaborasi terus menjadi landasan dari kegiatan di RER selama 10 tahun terakhir, dan membantu meningkatkan pemahaman mengenai wilayah RER. “Bersama-sama kita telah mempelajari bahwa selama satu dekade terakhir restorasi hutan rawa gambut tropis membutuhkan waktu yang panjang dan tindakan kolektif,” ujar Bey Soo Khiang, selaku Dewan Penasihat RER.

Dia meyakini bahwa 10 tahun terakhir menawarkan lebih dari sekedar kebanggaan atas pencapaian yang dimiliki RER hingga saat ini; pelajaran yang didapat selama satu dekade juga dapat menjadi inspirasi bagi pencapaian positif lainnya: “Bersama-sama kita dapat merasa bangga karena kita telah mengambil langkah pertama untuk melindungi dan memulihkan rawa gambut tropis berukuran besar ini demi kebaikan generasi yang akan datang.”

Iklim, alam, manusia, dan pertumbuhan bisnis berkelanjutan

Perubahan iklim dan punahnya keanekaragaman hayati adalah dua tantangan yang paling mendesak saat ini. RER menyediakan solusi yang dapat diaplikasikan dan disesuaikan untuk mengatasi krisis ini, dan pada waktu bersamaan juga dapat memberikan manfaat sosial-ekonomi yang berkelanjutan bagi mereka yang terlibat pada program restorasi ekosistem. Secara global, sektor publik dan swasta berupaya mempercepat investasi dalam solusi berbasi alam dan mendorong investasi dengan jumlah yang lebih besar dalam restorasi hutan.

“Saat peningkatan investasi pada alam semakin meningkat, ini merupakan saat yang tepat untuk mempertimbangkan bagaimana rancangan RER dapat diterapkan pada upaya restorasi ekosistem lain di Indonesia, dan juga sebagai solusi berbasis alam secara global,” ujar Anderson Tanoto. Meskipun program RER telah disesuaikan untuk menghadapi tantangan unik lanskap gambut di Indonesia, perkembangan selama satu dekade terakhir dapat disesuaikan kembali untuk mendukung proyek restorasi ekosistem tropis lain di seluruh dunia. Dan kunci keberhasilan dari pengembangan ini adalah kombinasi dari penerapan ilmu pengetahuan dan komitmen korporasi.

Meliputi wilayah seluas 150.693 hektar di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang di pesisir timur Provinsi Riau, Sumatra, RER menggunakan pendekatan produksi-proteksi untuk dalam melaksanakan restorasi ekosistem

RER menunjukkan bahwa integrasi restorasi jangka panjang sebuah lanskap yang dikelola oleh sektor swasta sebagai bagian dari model bisnis yang berkomitmen kepada iklim, alam, manusia, dan bisnis yang berkelanjutan mungkin untuk dilakukan. Tim RER dan para peneliti tamu terus mengungkap banyak rahasia alam di area restorasi, dan penemuan-penemuan ini terus memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih luas mengenai lanskap gambut.

Rancangan Untuk Masa Depan yang Lebih Hijau

Bey Soo Khiang yakin bahwa perkembangan ini hanya sebuah permulaan. Melalui kolaborasi yang berkelanjutan, RER dapat menciptakan strategi yang dapat memberikan dampak yang lebih besar dan lebih baik di masa mendatang. Seperti yang dijelaskan olehnya, “Saat ini, waktu kita dengan lanskap ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang kita harapkan akan menjadi kisah yang berkelanjutan mengenai penemuan, pembelajaran dan kolaborasi untuk restorasi hutan di Indonesia dan dunia.”

Membangun sebuah dekade dengan kemajuan yang luar biasa, RER memberikan peluang dan inspirasi untuk kemitraan-kemitraan baru; menyatukan berbagai sektor untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan mekanisme keuangan untuk mendukungnya. Dan kita perlu untuk terus mendukung pemerintah untuk mendirikan lebih banyak program restorasi di lapangan jika kita ingin mencapai tujuan restorasi iklim planet ini.

“Selama dekade pertama, RER telah membangun pondasi awal sebagai landasan, dan ini merupakan waktu yang tepat. Kemampuan kolektif kita untuk mendirikan lebih banyak program restorasi ekosistem seperti RER akan sangat membantu dalam menjaga keanekaragaman hayati planet ini. RER merupakan salah satu cara dalam upaya kolektif kita menuju masa depan alam yang positif,” ujar Anderson Tanoto.

Informasi lebih lanjut mengenai RER, pencapaian positif selama satu dekade, dan potensi yang dimiliki untuk masa depan restorasi ekosistem, dapat dilihat pada RER Special Report 2023.

RER 2023 Progress Report