Desember 24, 2025

Persamaan dan Perbedaan: Memahami Ular Kobra dan Piton

Persamaan dan Perbedaan: Memahami Ular Kobra dan Piton

Ular kerap dipandang negatif dan sering disalahpahami. Padahal, mempelajari makhluk luar biasa ini tidak hanya dapat mengurangi rasa takut, tetapi juga mengungkap berbagai keunikan dan rahasia menarik yang dimiliki ular.

Hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER) menjadi habitat bagi dua jenis ular yang sangat berbeda: kobra dan piton. Meski keduanya memiliki perbedaan dari sisi biologi, keduanya sama-sama memegang peran ekologis penting dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan ekosistem.

Dengan membandingkan klasifikasi, ciri fisik, serta cara berburu ular kobra dan piton, kita dapat melihat bahwa ular—alih-alih ditakuti dan diburu—seharusnya dipahami, dihargai, dan dilindungi.

Taksonomi: Mana yang Kobra dan Piton

Pertama, ular kobra termasuk dalam famili Elapidae. Ular-ular ini memiliki bisa yang sangat kuat. Di kawasan RER, terdapat dua spesies kobra yang tercatat, yaitu ular anang sunda (Ophiophagus bungarus) dan kobra Sumatra (Naja sumatrana).

Sebaliknya, ular piton/sanca berasal dari famili Pythonidae. Mereka tidak berbisa dan membunuh mangsanya dengan cara melilit (constriction). Spesies piton yang terdokumentasi di RER antara lain sanca kembang (Malayopython reticulatus) dan sanca darah (Python brongersmai).

Individu ular anang sunda terlihat di kawasan RER - Kredit foto: Desita Kusumaningrum

Penampilan: Ciri Fisik dan Karakteristik

Berikut beberapa perbedaan utama antara ular piton dan kobra dari sisi penampilan dan perilaku:

Ular kobra umumnya bertubuh ramping dan memiliki leher bertudung (hood) yang khas, yang dapat dilebarkan saat merasa terancam. Sebaliknya, piton memiliki tubuh yang lebih tebal dan berotot, mendukung gaya berburu mereka yang mengandalkan penyergapan. Keduanya juga berbeda dari sisi taring atau struktur gigi. Kobra memiliki taring tetap di bagian depan yang berfungsi untuk menyuntikkan bisa secara efektif. Sementara itu, piton tidak berbisa dan membunuh mangsanya dengan cara melilit.

Kecepatan & Cara Menyerang: Strategi Berburu

Ular kobra dan piton menggunakan strategi yang sangat berbeda dalam menangkap dan membunuh mangsanya.

Ular kobra merupakan pemburu aktif. Mereka mengandalkan bisa yang disalurkan melalui taring untuk melumpuhkan mangsa dengan cepat. Bisa kobra dapat mengandung neurotoksin (yang menyerang sistem saraf), sitotoksin (yang merusak sel), atau kombinasi keduanya. Beberapa spesies kobra juga memiliki kemampuan menyemburkan bisa sebagai mekanisme pertahanan.

Sebaliknya, ular piton merupakan predator penyergap. Mereka menunggu mangsa, sering kali dalam kondisi berkamuflase, lalu menyerang dengan cepat, melilit tubuh mangsa dan menekannya hingga mati akibat kehabisan napas. Secara umum, kobra bergerak lebih cepat dibandingkan piton, baik saat menyerang maupun saat menghindari ancaman. Sementara itu, piton tidak mengandalkan kecepatan, melainkan pergerakan diam-diam dan kekuatannya.

Keduanya Berperan Penting bagi Kesehatan Hutan

Ular kobra dan piton membantu mengendalikan populasi mangsa seperti hewan pengerat, katak, serta reptil lain yang berukuran lebih kecil. Peran ini menjaga keseimbangan populasi hewan-hewan tersebut agar tidak berkembang berlebihan, yang dapat merusak vegetasi maupun meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Karena itu, keberadaan ular dalam suatu ekosistem menjadi indikator bahwa rantai makanan masih relatif utuh dan habitat hutan berada dalam kondisi sehat.

Dalam survei terbaru di area konsesi PT GAN, tingkat keanekaragaman ular diklasifikasikan sebagai Sedang (dengan nilai indeks Shannon-Wiener antara 0,9 hingga 1,5) pada jalur pengamatan. Keanekaragaman tercatat lebih tinggi di area yang dekat dengan sungai (zona riparian) dibandingkan dengan kawasan gambut kering dan dalam. Hasil survei ini menunjukkan sebaran serta keragaman populasi ular di kawasan RER, sekaligus menjadi dasar penting dalam merumuskan pendekatan konservasi.

Sanca darah ditemukan di Logas, Riau – Kredit foto: Ani Aprillia

Upaya Konservasi RER

Di RER, kami bekerja erat bersama para mitra riset untuk menjaga keanekaragaman hayati sekaligus memastikan ekosistem tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Meski tidak berfokus pada populasi ular saja, berbagai upaya tersebut turut mendukung keberlangsungan mereka melalui kombinasi survei lapangan, pemantauan berbasis regulasi, serta perlindungan habitat.

Penilaian keanekaragaman hayati yang dilakukan secara berkala di RER membantu mendokumentasikan keberadaan dan sebaran spesies, sementara status konservasinya dipantau berdasarkan acuan internasional (IUCN, CITES) dan nasional. King cobra, misalnya, tercatat dengan status Rentan (Vulnerable/VU) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), sehingga upaya konservasi terhadap spesies ini menjadi semakin mendesak.

Menjaga keutuhan habitat juga sama pentingnya. Hutan rawa gambut dataran rendah, koridor riparian, serta habitat dengan struktur yang kompleks secara konsisten mendukung tingkat keanekaragaman ular yang lebih tinggi. Hal ini karena kawasan-kawasan ini menyediakan variasi mikroiklim, ketersediaan mangsa, dan ceruk perlindungan yang lebih beragam dibandingkan dengan area gambut yang terisolasi atau tergenang dalam secara permanen.

Di sepanjang bantaran sungai dan hutan gambut dengan vegetasi campuran, keberadaan stratifikasi vertikal, celah kanopi, batang pohon tumbang, serta jalinan akar menciptakan beragam peluang berburu dan pengaturan suhu tubuh bagi berbagai jenis ular, baik arboreal (sebagian besar hidup dan beraktivitas di pepohonan), terestrial (hidup dan bergerak di permukaan tanah), maupun semi-akuatik (hidup di lingkungan darat dan perairan). Sebaliknya, area gambut yang tergenang secara permanen atau memiliki struktur yang seragam cenderung memiliki kepadatan mangsa yang lebih rendah, keragaman habitat yang terbatas, serta minim ruang untuk berjemur atau berlindung. Kondisi ini membatasi jumlah spesies yang dapat hidup di sana, sekaligus mengurangi kemampuan ular untuk berperilaku secara alami di habitatnya.

Individu kobra sumatra yang teramati di Pekanbaru, Riau – Kredit foto: Adit Rafael

Poin Utama

Sanca kembang yang dijumpai di dekat Sungai Sangar, Semenanjung Kampar- Kredit foto: Cipto Dwi Handono

Cara Kamu Bisa Berkontribusi

Jika kamu peduli pada perlindungan ular kobra dan piton, serta hutan yang menjadi penopang kehidupan mereka, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Tautan Terkait & Bacaan Lanjutan

Laporan Kemajuan RER 2024