November 13, 2019

RER Mendeteksi Lebih dari 1000 Ekor Burung Pemangsa Migran di Bulan Oktober

Tim Restorasi Ekosistem Riau (RER) tahun ini kembali melakukan kegiatan pengamatan migrasi burung pemangsa, atau raptor, selama musim gugur di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang pada bulan Oktober.
Enam orang dari tim RER di Semenanjung Kampar dan lima orang dari tim di Pulau Padang ikut ambil bagian dalam kegiatan satu hari ini.

Made Vasek Wijaya, Staf Environment RER, memimpin tim Semenanjung Kampar, sedangkan M. Mulyo memimpin tim Pulau Padang.

RER - Raptor Migration

ANGGOTA TIM RER MENGAMATI BURUNG YANG SEDANG BERMIGRASI

Tahun ini, ada tim tambahan dua orang anggota yang dipimpin oleh Muhammad Iqbal, Ahli Ekologi RER, yang juga melakukan kegiatan pengamatan migrasi burung pemangsa di area konservasi Grup APRIL di Kabupaten Pelalawan.

RER telah melakukan pengamatan atas kegiatan migrasi burung pemangsa sejak tahun 2016 di Semenanjung Kampar dan sejak tahun 2017 di Pulau Padang.

Selama periode musim gugur, burung pemangsa berpindah dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan untuk menghindari suhu dingin.

Oriental Honey Buzzard

PENGAMATAN BURUNG MERUPAKAN SALAH SATU KEGIATAN PENGELOLAAN YANG TERUS DILAKUKAN RER UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN SATWA LIAR DI DALAM KAWASAN RER

Menurut Muhammad Iqbal, tim RER mulai melakukan kegiatan pengamatan migrasi burung pemangsa berdasarkan pemahaman bahwa sebagian besar burung pemangsa melewati daerah antara Pulau Rupat di Indonesia dan Tanjung Tuan di Malaysia saat mereka bermigrasi, termasuk melintasi kawasan RER.

“Pada dasarnya berawal dari rasa keingintahuan – kami tidak tahu pasti jalur mana yang dilintasi burung pemangsa yang bermigrasi. Jadi kami memutuskan melakukan pengamatan dan sejak itu membuatnya sebagai kegiatan rutin dan bagian dari agenda tahunan kami,” ujarnya.

Secara keseluruhan, tim RER mencatat lebih dari 700 ekor burung melintasi Pulau Padang dan 500 ekor burung melintasi Semenanjung Kampar (baik spesies migran dan spesies penetap) selama kegiatan pengamatan migrasi burung pemangsa bulan lalu.

Spesies yang paling umum terlihat ialah burung Sikep Madu Asia, diikuti selanjutnya oleh burung Elang-alap Tiongkok.

Chinese Sparrowhawk (Accipiter Soloensis)

ELANG-ALAP TIONGKOK HINGGAP DI TITIK INTAI, MEMANTAU CALON MANGSA

Tim ini juga melihat burung Baza Hitam, Elang-alap Nipon, Elang Ular Bido, Elang Tikus, Elang Brontok, dan Elang Bondol.
Pengamatan ini membuktikan bahwa RER merupakan tempat bagi burung-burung ini untuk menghabiskan waktu selama musim dingin, dan bahwa Pulau Padang khususnya menjadi tempat penting bagi migrasi burung pemangsa, ia menambahkan.

Black Winged Kite

ELANG TIKUS YANG TENGAH BERMIGRASI TERBANG MELEWATI TIM RER YANG SEDANG MENGAMATI

“Cuaca saat migrasi di musim gugur biasanya suram, mendung, dan kadang hujan – wajar untuk bulan-bulan ini. Saat hari terang, kami bisa melihat burung pemangsa yang terbang di ketinggian, melayang memanfaatkan lajur termal, yaitu kolom udara panas yang menguar dari tanah.

“Ini membantu burung pemangsa berukuran besar, seperti burung Sikep Madu Asia, untuk naik ke ketinggian tertentu sebelum mereka terbang melayang ke arah selatan,” Muhammad Iqbal menjelaskan.

Bila cuaca mendung atau hujan, burung pemangsa berukuran besar cenderung akan berhenti terbang, dan hinggap di pucuk pohon sembari menanti cuaca membaik, ia menambahkan.

Hasil dari kegiatan pengamatan burung pemangsa tahun ini oleh tim RER disampaikan dalam 11th Asian Raptor Research and Conservation Network Symposium (simposium ke-11 Jaringan Penelitian dan Pelestarian Burung Pemangsa di Asia) yang belum lama ini diselenggarakan di Ubud, Bali.

RER Special Report 2023