Juni 24, 2025
Di tengah hamparan hutan dataran rendah tropis Sumatra, program Restorasi Ekosistem Riau (RER) berupaya melindungi dan memulihkan salah satu ekosistem paling penting di dunia: lahan gambut. Lanskap yang kaya karbon ini berperan penting dalam mengatur iklim global, menjaga keanekaragaman hayati, dan mencegah kebakaran hutan. Di balik semua fungsi penting tersebut, ada satu elemen sederhana namun sangat krusial, yaitu air.
Air merupakan komponen utama dalam pembentukan gambut. Tanpa air, akumulasi gambut tidak akan terjadi. Oleh karena itu, memahami dan mengelola air gambut menjadi inti dari strategi perlindungan hutan RER. Dengan menggabungkan pendekatan ilmiah, teknologi, dan keahlian lapangan, RER menerapkan sistem pemantauan yang menyeluruh, dirancang untuk menjaga kesehatan jangka panjang ekosistem gambut yang sangat berharga di kawasan ini.
Peran Air dalam Ekosistem Lahan Gambut
Lahan gambut memiliki karakteristik berbeda dibandingkan ekosistem hutan lainnya. Meski hanya mencakup sekitar tiga persen dari permukaan daratan Bumi, lahan gambut menyimpan lebih dari dua kali lipat karbon dibandingkan gabungan seluruh hutan di dunia. Terbentuk selama ribuan tahun dari akumulasi bahan organik dalam kondisi tergenang air, tanah gambut berfungsi seperti spons, menyimpan karbon dan air dalam jumlah besar. Namun, keseimbangan ini rapuh dan mudah terganggu.
“Ketika muka air tanah turun, gambut akan terpapar udara dan mulai teroksidasi,” jelas Muhammad Iqbal, Ahli Ekologi Restorasi di RER. “Proses ini bukan hanya melepaskan karbon dioksida ke atmosfer, tapi juga membuat gambut mengering dan sangat mudah terbakar. Itulah sebabnya pemantauan ketinggian muka air gambut menjadi bagian penting dari semua kegiatan kami, mulai dari konservasi, restorasi, hingga pencegahan kebakaran.”
Gambut yang mengering sangat mudah terbakar karena tersusun dari bahan organik yang padat. Ketika mengering, gambut kehilangan kelembapan alaminya dan berubah menjadi sumber bahan bakar berpori yang kaya oksigen. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap kebakaran kecil yang dapat membara di bawah permukaan tanah selama berminggu-minggu, melepaskan karbon dalam jumlah besar dan menyebabkan kabut asap yang parah serta dampak buruk bagi iklim. Untuk mencegah hal ini terjadi, sangat penting untuk menjaga muka air tanah di lahan gambut agar tetap tinggi dan tanah tetap basah, sehingga menurunkan risiko kebakaran sekaligus membantu menjaga kelestarian vegetasi alami dan habitat satwa liar.
Pantau Air, Cegah Api
Indonesia memiliki sejarah panjang seputar kebakaran lahan gambut. Saat musim kemarau, terutama di tahun-tahun El Niño, lahan gambut yang rusak bisa dengan cepat berubah menjadi ladang api. Untuk mengurangi risiko ini, RER menjalankan program pengelolaan gambut yang ketat, dengan fokus utama pada pemantauan air.
“Air adalah garis pertahanan terbaik kami,” jelas Brad Sanders, Kepala Operasional RER. “Sistem pemantauan kami memberikan data secara real-time, sehingga kami bisa segera merespons jika muka air mulai turun, jauh sebelum ada tanda-tanda risiko yang terlihat di permukaan.”
Selain untuk pencegahan kebakaran, pemantauan yang konsisten juga membantu RER menilai efektivitas berbagai upaya restorasi, seperti penutupan kanal, pembasahan kembali kubah gambut yang rusak, dan regenerasi alami. Dengan memantau ketinggian muka air gambut secara berkala, tim ilmuwan RER dapat mengukur ketahanan ekosistem serta menyesuaikan strategi pengelolaan sesuai kebutuhan.
Metodologi dan Peralatan Pemantauan Air di RER
Untuk memastikan pengumpulan data yang akurat dan konsisten, RER menggunakan kombinasi alat pengukuran manual dan alat pemantauan muka air tanah otomatis. Sistem ini dirancang untuk beroperasi sepanjang tahun, memberikan data bahkan di lokasi terpencil dan dalam kondisi cuaca yang menantang.
Tim lapangan menggunakan perlengkapan pemantauan air khusus. Mereka mengukur muka air tanah melalui metode dip-well di titik-titik strategis di seluruh area restorasi RER. Pendekatan ini memang sederhana, namun sangat efektif, karena memungkinkan tim untuk memantau perubahan ketinggian muka air gambut dalam selang waktu yang teratur.
“Secara keseluruhan, kami telah memasang lebih dari 100 titik pemantauan muka air tanah di seluruh lanskap kami,” ungkap Muhammad Iqbal, dari Pemantauan Proyek Karbon dan Hutan Masyarakat di RER. “Data yang kami kumpulkan kemudian dibandingkan dengan pola iklim dan curah hujan, yang kemudian memberi kami gambaran detail tentang kondisi ekosistem dan apakah diperlukan intervensi tambahan.”
Tim RER juga menggunakan alat otomatis bernama level logger, yang dapat merekam data ketinggian muka air setiap jam secara otomatis. Data ini kemudian diunduh secara manual setiap tiga bulan. Pendekatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan RER untuk memperkuat kapasitasnya menggunakan sistem pemantauan air terbaik yang tersedia bagi lahan gambut tropis.
Dari Data Menjadi Dampak
Pemantauan air menjadi landasan penting bagi setiap tindakan. RER mengintegrasikan data air gambut ke dalam keputusan pengelolaan hutan yang lebih luas, termasuk sistem peringatan dini untuk pencegahan kebakaran, perencanaan reforestasi, hingga keterlibatan masyarakat.
“Data yang baik mengarahkan keputusan yang baik,” ujar Brad Sanders. “Kami tidak bisa memulihkan sesuatu yang tidak kami pahami. Itulah sebabnya tim kami sangat mengutamakan ketepatan dan konsistensi dalam pemantauan air gambut.”
Dampak dari semua upaya ini mulai terlihat nyata. Dalam satu dekade terakhir, kawasan yang dikelola RER menunjukkan peningkatan ketinggian muka air gambut secara konsisten, disertai penurunan insiden kebakaran yang signifikan. Pada musim kemarau tahun 2023 yang tergolong cukup ekstrem, RER mencatat nol kebakaran di seluruh area proyeknya. Ini merupakan pencapaian signifikan, dimungkinkan berkat kombinasi dari deteksi dini, pemantauan berkelanjutan, dan respons cepat.
Model Perlindungan Lahan Gambut yang Berkelanjutan
Pendekatan RER dalam memantau air di ekosistem lahan gambut memasang standar baru bagi upaya restorasi dan konservasi di Asia Tenggara. Dengan menggabungkan teknologi, ilmu pengetahuan, dan kearifan lokal, program ini menunjukkan bahwa pengelolaan gambut bisa dilakukan secara efektif sekaligus berkelanjutan. Seperti yang disampaikan Muhammad Iqbal, “Gambut mungkin terlihat seperti lumpur, tapi sebenarnya ini salah satu ekosistem paling berharga di Bumi. Menjaganya tetap basah adalah misi kami, dan pemantauan adalah cara kami mewujudkannya.”
Melalui investasi berkelanjutan dalam pelatihan, perlengkapan, dan kolaborasi, RER tidak hanya melindungi lanskap hari ini, tetapi juga membangun ketahanan ekosistem dan masyarakat untuk masa depan. Untuk mendapatkan wawasan, analisis, dan informasi lebih lanjut dari tim RER, silakan baca laporan terbaru kami yang merangkum satu dekade dampak positif di lahan gambut Riau.
RER menunjukkan bagaimana kepemimpinan dunia usaha dalam melindungi alam dapat membantu menjaga salah satu ekosistem paling berharga di Bumi. Diperkuat dengan kemitraan bersama masyarakat lokal, organisasi konservasi, peneliti, dan pemerintah, kami membangun model konservasi berkelanjutan yang memberi manfaat bagi alam, memajukan ilmu pengetahuan, dan membantu menjaga kelestarian lahan gambut terakhir di dunia.