Mei 28, 2025
Setiap tanggal 22 Mei, Hari Keanekaragaman Hayati Internasional menyoroti pentingnya peran keanekaragaman hayati dalam menjaga kehidupan di Bumi, mendorong aksi global untuk melindungi ekosistem yang saling terhubung ini. Di Indonesia, negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, momen ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga flora dan fauna yang unik.
Terletak di hutan rawa gambut yang memiliki peran ekologis penting di Provinsi Riau, Restorasi Ekosistem Riau (RER) menjadi bukti nyata komitmen salah satu perusahaan Indonesia terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui pendekatan pengelolaan lanskap produksi-proteksi yang unik dari APRIL, RER berkontribusi pada restorasi ekosistem, pelestarian warisan alam Indonesia, serta upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat global.
Artikel ini merayakan kekayaan keanekaragaman hayati di area RER serta menyoroti peran penting kolaborasi dalam melindungi berbagai jenis flora dan fauna yang ada.
Perkembangan dan Pencapaian dalam Pemantauan Keanekaragaman Hayati
Sejak dimulai pada tahun 2013, RER telah mencatat kemajuan signifikan dalam upayanya untuk melindungi, memantau, dan melestarikan keanekaragaman hayati. RER mencakup lebih dari 150.000 hektar hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, yaitu kawasan penting yang berperan besar dalam penyerapan karbon dan menjadi habitat bagi satwa liar yang beragam dan terancam punah secara global.
Beberapa pencapaian penting dalam upaya ini meliputi program pemantauan sistematis dengan kamera jebak (camera trap), partisipasi dalam Asian Waterbird Census (AWC), pemantauan migrasi burung pemangsa yang dilakukan dua kali setahun, serta pelacakan harimau Sumatra menggunakan kalung GPS. Berbagai survei ini telah mencatat hampir 900 spesies flora dan fauna di lanskap RER, yang 75 di antaranya teridentifikasi sebagai spesies terancam punah menurut IUCN.
Upaya restorasi hidrologi juga menjadi salah satu fokus utama, dengan pembangunan 85 bendungan untuk menutup kanal-kanal drainase lama, sehingga kelembapan tanah gambut tetap terjaga dan penurunan permukaan tanah dapat diminimalkan selama musim kemarau. Dalam lima tahun terakhir saja, RER telah menutup 36 sistem kanal dengan total panjang mencapai 179 kilometer.
Upaya pembasahan kembali lahan gambut melalui penutupan kanal, dikombinasikan dengan pengawasan hutan sepanjang waktu, secara signifikan mengurangi risiko dan bahaya kebakaran di dalam kawasan RER, sehingga memberikan ruang bagi hutan gambut untuk tumbuh dan satwa liar di dalamnya untuk berkembang.
Kolaborasi sebagai Inti dari Model Restorasi RER
Kolaborasi merupakan inti dari pendekatan RER dalam restorasi ekosistem. Inisiatif ini menyatukan mitra dari sektor swasta dan publik, termasuk APRIL Group, Fauna & Flora, The Nature Conservancy (TNC), Wildlife Conservation Society (WCS), Tropenbos Indonesia, Forest Wildlife Society, dan Bidara. Model kolaboratif ini menggabungkan keahlian khusus dengan pendekatan praktis dalam pengelolaan lahan.
“Selama satu dekade terakhir, kami belajar bersama bahwa restorasi hutan rawa gambut tropis membutuhkan waktu panjang dan upaya kolektif,” ujar Bey Soo Khiang, Ketua Dewan Penasihat RER. “Kita patut bangga karena kita telah mengambil langkah awal untuk melindungi dan memulihkan kawasan rawa gambut tropis yang luas ini demi kebaikan generasi mendatang.”
Komitmen RER terhadap kolaborasi dan riset ilmiah telah menjadi salah satu prinsip utama sejak awal berdirinya proyek ini. Tim survei pertama yang dipimpin oleh para ahli dari Fauna & Flora memetakan ekosistem dengan mengukur kedalaman gambut, mendokumentasikan satwa liar dan tumbuhan, serta memasang kamera jebak yang mengungkap keberagaman satwa hutan yang sebelumnya tidak dapat dipantau.
Sejak saat itu, berbagai survei kolaboratif dan studi ilmiah telah memperluas pemahaman kami tentang ekosistem ini dan fungsi pentingnya sebagai penyerap karbon, sekaligus menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati yang didukungnya. Berdasarkan studi terbaru di kawasan ini, RER menjadi rumah bagi total 893 spesies, termasuk 78 mamalia, 319 burung, 106 amfibi dan reptil, 89 ikan, 100 odonata (capung dan damselfly), serta 203 jenis tumbuhan.
Ajakan untuk Para Ilmuwan: Berkolaborasi dengan RER
Melestarikan kekayaan keanekaragaman hayati membutuhkan upaya yang berkelanjutan. Karena itu, RER menyambut para ilmuwan dan mahasiswa untuk terlibat dalam penelitian keanekaragaman hayati untuk mengarahkan upaya konservasi yang lebih strategis. Salah satu pendukung utama pendekatan ini adalah Eco-Research Camp, yaitu pusat untuk studi lapangan dan lingkungan, terletak di tengah ekosistem hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar.
John Pereira, Wakil Kepala Operasional RER, menekankan pentingnya kolaborasi ilmiah. “Konservasi merupakan kerja tim,” ujarnya. “Bukan hal yang mudah, bukan murah, dan jelas bukan usaha yang bisa dilakukan sendirian.” Dengan terlibat bersama RER, para ilmuwan dapat berperan penting dalam memajukan studi lingkungan dan keanekaragaman hayati serta menyusun strategi pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan.
Bersama dengan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional pada 22 Mei 2025, pencapaian RER menjadi pengingat bahwa kemajuan konservasi yang signifikan dapat tercapai melalui kemitraan, kesabaran, dan tujuan yang jelas. Dengan kolaborasi lintas sektor dan disiplin ilmu, kita dapat menjaga hutan rawa gambut Indonesia yang berharga dan berbagai satwa liar yang hidup di dalamnya.
RER mengajak semua yang memiliki visi yang sama, baik ilmuwan, mitra, maupun masyarakat luas untuk bersama-sama membangun masa depan di mana keanekaragaman hayati tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai inisiatif dan peluang kolaborasi bersama RER, kunjungi situs web kami.